Anies Hentikan Kurikulum 2013 Yang Banyak Merugikan

The Jakarta Post, halaman 2, Minggu 7 Desember

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memutuskan untuk menghentikan Kurikulum Nasional 2013 yang banyak dikritik dan meminta sekolah untuk kembali ke Kurikulum 2006.

Anies mengatakan keputusan tersebut dibuat setelah kajian menyeluruh terhadap Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh tim yang ditugaskannya.

Anies juga memutuskan 6.221 sekolah yang telah melaksakanakan kurikulum tersebut selama tiga semester dapat melanjutkannya menurut petunjuk baru, sementara lebih dari 100.000 sekolah diminta untuk kembali ke Kurikulum 2006. Pihaknya akan mengirimkan surat kepada sekolah untuk menggunakan Kurikulum 2006 dan dapat memulainya semester depan.

Minggu lalu, Anies membentuk sebuah tim yang ditugaskan untuk merevisi Kurikulum 2013 yang problematik dipimpin oleh mantan direktur jenderal pendidikan dasar dan menengah Suyanto, yang terdiri dari 11 ahli pendidikan dan akademisi untuk mengidentifikasi permasalahan di dalam kurikulum baru tersebut.

Dalam pertemuan Jumat, Anies mengatakan bahwa kurikulum tersebut memerlukan penyempurnaan yang besar, khususnya menyangkut kesesuaian tujuan kurikulum dan buku ajar sekolah dan hal-hal yang harus diperbaiki, contohnya tujuan yang ingin dicapai dengan buku ajar dan juga kesiapan sekolah dan guru untuk melaksanakan kurikulum.

Mulai semester depan, 6.211 sekolah akan menjadi sekolah rintisan dengan panduan secara intensif dari kementerian dan guru akan menerima pelatihan intensif karena mereka merupakan tulang punggung pelaksanaan kurikulum tersebut. Sekolah yang belum siap akan diberikan keringanan dan mereka dapat melaksanakan Kurikulum 2006.

Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen mengatakan kementerian membuat keputusan yang tepat dengan menghentikan kurikulum tersebut dan memulai penyempurnaannya di sekolah-sekolah terpilih. Namun, publik masih mengalami ketidakjelasan mengenai rencana ke depan. Dia lebih jauh mengatakan bahwa dengan melaksanakan kurikulum di sekolah dengan jumlah yang terbatas, kementerian harus juga mempertimbangkan untuk secara substantif mengurangi jumlah buku ajar yang digunakan atau hal tersebut berisiko menyebabkan pemborosan pengeluaran.

Sementara itu, mantan guru dan ahli pendidikan Darmaningtyas, memuji keputusan Anies dan mengatakan meskipun Kurikulum 2013 memiliki tujuan mulia dalam memberikan ilmu pengetahuan yang sesuai kehidupan nyata kepada siswa, pelaksanaannya gagal total. Dia mengatakan diperlukan waktu yang lebih banyak untuk melaksanakan hal tersebut sementara sekolah memiliki sumber daya yang terbatas. Masalah lainnya sistem pengujian siswa yang memaksa guru secara konstan mengawasi seluruh siswanya.

Anies Nixes much-maligned 2013 curriculum

The Jakarta Post, page 2, Sunday 7 December

The Culture and Elementary and Secondary Education Minister Anies Baswedan has decided to drop the much- critized 2013 national curriculum and has ordered schools in the country to revert to the 2006 curriculum.

Anies said the decision was made after a thorough review of the 2013 curriculum conducted by a team that he commissioned.

Anies also decided that 6,221 schools that have implemented the curriculum, for the past three semesters could continue according to new guidelines, while more than 100,000 schools were required to return to the 2006 curriculum instead. His party has sent letters to schools to use the 2006 curriculum and they can start it next semester.

Last week, Anies set up a team tasked with revising the problematic 2013 curriculum led by the ministry’s former director general of primary and secondary education, Suyanto, consisting of 11 education experts and academic to identify problems with the new curriculum.

In Friday’s conference, Anies said the curriculum would need a tremendous amount of improvement, especially concerning the compatibility of the curriculum’s objectives with school textbooks and a number of areas that needed to be fixed, for example the objectives it sought to achieve with the textbooks and also the schools’ and teachers’ readiness to implement the curriculum.

Starting next semester, the 6,211 schools would be pilot schools for intensive guidance from the ministry and the teacher would receive intensive training because they would be the backbone of the curriculum’s implementation. The schools that are not ready yet, will be lenient and they can stick to the 2006 curriculum.

Education expert from Paramadina University Mohammad Abduhzen said the ministry had made the right decision by dropping the curriculum and to start making improvements first in selected schools. However, the public is still in the dark about what the plan will be for the future. He further said that by implementing the curriculum in a limited number of schools, the ministry should also consider substantially reducing the amount of textbooks used or it would risk indulging in wasteful spending.

Meanwhile, a former teacher and education expert, Darmaningtyas, lauded Anies’ decision, saying that although the 2013 curriculum had the noble goal of imparting real-life knowledge to students it was a total failure in its implementation. He said that it just needed more time to do it, while schools only have a limited amount of resources. Another problem was the student-assessment system that forced teachers to constantly supervise all their students.

 

Anies Nixes much-maligned 2013 curriculum

Anies Nixes much-maligned 2013 curriculum

Balik ke Kurikulum 2006 Langkah Mundur

Koran Sindo, halaman 1

Langkah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan membatasi penerapan Kurikulum 2013 menuai kontroversi. Sejumlah pihak menilai keputusan kembali ke Kurikulum 2006 sebagai kemunduran besar dalam dunia pendidikan Indonesia.

Mantan Mendikbud M Nuh mengatakan, Kurikulum 2013 secara substansi sebenarnya tidak ada masalah. Jika ada masalah teknis, seharusnya dicarikan solusi perbaikannya, tidak balik ke ke KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Sebab, KTSP secara substansi ada kekurangan dan secara teknis juga perlu penyiapan lagi.

Ketua PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo mengatakan, kembalinya sekolah menggunakan KTSP dan sebagian sekolah memakai Kurikulum 2013 merupakan suatu pemborosan besar. Pemberlakuan dua kurikulum ini pun menimbulkan diskriminasi.

Pengamat pendidikan dari Universtitas Paramadina Mohammad Abduhzen berpendapat, perubahan kurikulum hanya akan menimbulkan kebingungan besar bagi guru dan siswa, dan akan menimbulkan dualisme karena setelah menerapkan Kurikulum 2013 dan berupaya memahaminya, kini harus kembali lagi ke titik nol.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin menyesalkan keputusan pemerintah pusat yang menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013, karena kurikulum tersebut lebih tepat dalam membangun karakter anak. Kurikulum 2013 juga adalah penyempurnaan dari KTSP. Seluruh sekolah negeri di Batam sudah menerapkannnya, namun pihaknya akan mematuhi kebijakan pemerintah pusat.

The Reuse of 2006 Curriculum Deemed A Step Back

Koran Sindo, page 1

The Minister of Education and Culture Anies Baswedan’s step to limit the 2013 Curriculum implementation reaps controversies. Many parties deem the decision to get back to the 2006 Curriculum as a big step back in Indonesia’s education.

Former Minister of Education and Culture M Nuh said, substantially the 2013 Curriculum did not have any problem. If technical problem exists, solution needs to be found out instead of getting back to the School-Based Curriculum (KTSP). The thing is the KTSP has substance shortages and technically requires more preparation.

The Indonesian Teachers Association (PGRI) Chairman Sulistyo said, the reuse of KTSP by some schools while some other schools used the 2013 Curriculum was a big improvidence. The concurrent implementation of the two curriculums also created discrimination.

Education observer Mohammad Abduhzen argued that the curriculum would only create big confusion amongst teachers and students and result in dualism since after the implementation of the 2013 Curriculum and efforts to understand it have been carried out, now it needed to get back to the zero point.

The Education Office Head of Batam Municipality Muslim Bidin regretted the central government’s decision to discontinue the 2013 Curriculum implementation since the curriculum was more appropriate to build children’s character. The 2013 Curriculum is also the improved version of KTSP. All schools in Batam have implemented the curriculum. However, he will obey the central government’s policy.

Return to Curriculum 2006 is a step backward

The Reuse of 2006 Curriculum Deemed a Step Back

Teknologi dalam Pendidikan

Kompas, halaman 11

Kehadiran teknologi yang semakin memudahkan dalam dunia pendidikan kian dibutuhkan. Namun, penerapan teknologi juga harus diikuti dengan kepemimpinan yang baik yang dapat memaksimalkan pemanfaatannya dan membuat ruang pembelajaran menjadi hidup. Hal itu dikemukakan Vice President Worldwide Education, Worlwide Public Education Sector Education Microsoft, Anthony Salcito, pekan lalu, di Singapura.

Menurut Salcito, masih banyak guru resisten terhadap perkembangan teknologi sekalipun dunia pendidikan telah bertransformasi. Padahal, saat ini, justru dibutuhkan guru-guru terbaik yang memahami dinamika kelas dan memanfaatkan teknologi guna mengedukasi siswa. Teknologi akan membuat guru lebih percaya diri dan lebih mudah dalam mengajar siswanya.

Salcito mengungkapkan hal itu dalam perhelatan British Education Training and Technology Asia (BEET) 2014, yang menghadirkan inovasi berbagai aplikasi, perangkat lunak, dan perangkat keras yang dapat mendukung pendidikan.

Sam Al-Schama, Director Education Sector Asia Pacific Region Intel Technology Asia mengungkapkan hal senada. Teknologi memberi pengalaman kepada siswa mengenai sesuatu yang mereka pelajari. Dengan begitu, kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan. Sam mengatakan, bahwa pihaknya mengadakan pelatihan bagi para guru bukan untuk menggunakan teknologi atau peranti yang dibuat Intel, tetapi untuk mengubah cara pandang guru mengenai ruang kelas. Bahwa ruang kelas harus hidup, pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di ruang kelas, tetapi di mana saja.

Technology in Education

Kompas, page 11

The presence of technology which increasingly facilitates in the education world is ever more needed.   However, technology application should also be followed by good leadership that could maximize its utilization and make the learning space come alive. The remark was made by Vice President Worldwide Education, Worldwide Public Education Sector Education Microsoft, Anthony Salcito, last week, in Singapore.

According to Salcito, there are still many teachers resistant to technology development though the education world has transformed.   In fact, at this time, the best teachers are needed who understand the class dynamics and utilize technology for the purpose of educating students.   Technology would make teachers more confident and make it easier for teachers to teach their students.

Salcito revealed this in the British Education Training and Technology Asia (BEET) 2014 event that presented innovations of various applications, software, and hardware that could support education.

Sam Al-Schama, Director Education Sector Asia Pacific Region Intel Technology Asia revealed the same.   Technology provides experience to students on what they learn.   In this way, learning becomes more enjoyable. Sam said that his party holds training for teachers not to use technology or device made by Intel, but to change teacher mindset on the classroom.   That the classroom should be alive, learning could be conducted not only in the classroom, but anywhere.

Technology in Education

Technology in Education

Murid Butuh Guru Menginspirasi

Kompas, halaman 11

Guru-guru yang hadir di ruang kelas jangan hanya puas menjalankan tugasnya mengajar dan mendidik siswa. Guru Indonesia diminta mampu menginspirasi siswa untuk berani mengejar mimpi dan mewujudkan cita-cita guna mendukung kemjuan bangsa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, di ruang kelas, guru jangan hanya mengajar anak-anak. Namun, guru harus sadar bahwa anak-anak di runag kelas adalah wajah Indonesia ke depan. Guru harus selalu bisa menginspirasi siswa menjadi yang terbaik dalam kehidupannya kelak. Dengan menjadi guru inspiratif, para guru akan selalu dikenang murid. Pernyataan ini disampaikan Mendikbud saat Peringatan Hari untuk Guru yang dihadiri sekitar 1.000 guru, di Jakarta, Sabtu (6/12).

Stefanie Augustin, Ketua Pelaksana Hari untuk Guru mengatakan, acara khusus untuk guru itu didedikasikan bagi pendidik anak-anak masa depan Indonesia agar dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan semangat untuk berjuang bersama di bidang pendidikan. Stefanie menambahkan, atas jasa seorang guru, gerbang pengetahuan yang menjadi modal membangun kehidupan seseorang menjadi terbuka. Sayangnya guru saat ini seperti perjuang di masyarakat yang sedang berjalan sendiri di lapangan.

Dukungan lain untuk guru di Indonesia ialah dihadirkannya situs web khusus bagi guru, yakni www.hanyauntukguru.com. Laman ini merupakan media daring bagi guru untuk mendapatkan informasi terkini, baik seputar dunia pendidikan maupun informasi umum yang dapat memperkaya wacana guru serta membangun kepercayaan diri guru di dalam kehidupan mereka.

Students Need Inspiring Teachers

Kompas, page 11

Teachers present in the classroom should not be satisfied by merely running the tasks of teaching and educating students.   Indonesian teachers are asked to be capable of inspiring students to dare pursue dreams and to realize the ideals to support the nation’s progress.

Minister of Education and Culture (Mendikbud) Anies Baswedan said, in the classroom, teachers should not merely teach children.   However, teachers should be aware that children in the classroom are the faces of Indonesia’s future. Teachers should always inspire students to become the best in later life.   By being inspiring teachers, teachers would always be remembered by students.   This statement was conveyed by Mendikbud during Teachers’ Day Commemoration attended by around 1,000 teachers, in Jakarta, Saturday (6/12).

Stefanie Augustin, Executive Chairman of Teacher`s Day said the special event for teachers was to be dedicated for educators of children of Indonesia’s future in order to increase the sense of brotherhood and spirit to strive together in the field of education. Stefanie added, upon the services of teachers, the gates of knowledge which is an asset to building one’s life open. Unfortunately, teachers are currently as warriors in society who are walking alone in the field.

Additional support for teachers in Indonesia is the presentation of a special website for teachers, namely www.hanyauntukguru.com.  This page is an online media for teachers to obtain the latest information, both surrounding the education world as well as general information that could enrich the discourse of teachers as well as building teachers’ confidence in their lives.

Students Need Inspiring Teachers

Students Need Inspiring Teachers

Revisi Kurikulum 2013 Butuh Waktu

Kompas, halaman 1

Pemerintah didesak menghentikan secara keseluruhan praktik Kurikulum 2013 terlebih dahulu. Revisi Kurikulum 2013 dengan benar membutuhkan waktu lama. Selain itu, jumlah sekolah yang digunakan dalam uji coba dianggap terlalu besar.

Pakar pendidikan Doni Koesoema mengatakan, upaya perbaikan dan uji coba Kurikulum 2013 (K-13) idealnya selama 1-2 tahun dengan disertai evaluasi rutin. Proses revisi K-13 harus dimulai dari konsep fundamental atau naskah akademiknya, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan visi, landasan filosofi, dan landasan pengajaran. Setelah bangunan kokoh kurikulum terbangun, barulah diujicobakan secara terbatas. Menurut Doni, hal tersebut merupakan tahapan mendesain kurikulum secara benar. Doni meminta agar K-13 dihentikan dahulu di semua sekolah dan selama satu tahun fokus pada perbaikan tersebut.

Desakan senada disuarakan oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), yang berharap agar pemerintah menghentikan pelaksanaan K-13 di sekolah percontohan. Sekolah percontohan itu hanya sekolah terakreditasi A dan eks Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Hal tersebut tidak menggambarkan kondisi sekolah yang sebenarnya. Sampel yang dipakai untuk pelaksanaan K-13 semestinya memasukkan sekolah lain yang belum memenuhi standar layanan minimal. Sampel yang dibutuhkan pun tak perlu 6.221 sekolah, tetapi cukup 300 sekolah di seluruh Indonesia dengan akreditasi beragam.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ramon Mohandas mengatakan, revisi K-13 segera dilakukan. Telah ada masukan dari para pakar guna memperbaiki materi yang kurang atau menambah materi. Ramon menyatakan revisi bukan perubahan total, tetapi memperbaiki kekurangan. Kementerian akan segera bergerak untuk segera membahas review dokumen kurikulum, termasuk berdasarkan temuan-temuan di lapangan.

Curriculum 2013 Revision Takes Time

Kompas, page 1

The government is urged to discontinue the overall practice of Curriculum 2013.   The proper revision of Curriculum 2013 takes a long time.   In addition, the number of schools used in the trial is considered to too large.

Education expert Doni Koesoema said efforts at improving and testing Curriculum 2013 (K-13) would ideally take 1-2 years accompanied by routine evaluation.   The K-13 revision process must start from the fundamental concept or its academic texts, then followed by improvement of vision, philosophical foundation, and teaching foundation. After a sturdy curriculum structure is constructed, then is it tested on a limited basis.   According to Doni, such is the stage of properly designing the curriculum. Doni asked that K-13 be halted first and for one year to focus on such improvement.

The same insistence was voiced by the Federation of Indonesian Teachers Association (FSGI), that expected the government terminate implementation of K-13 in pilot schools.   The pilot schools are only schools with accreditation A and former Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). This does not describe the actual condition of the school. The samples used for K-13 implementation should incorporate other schools that have not met the minimum service standard.   Required samples need not be 6,221 schools, instead 300 schools would be sufficient from throughout Indonesia with varied accreditation.

Head of Curriculum Center and Books Ministry of Education and Culture Ramon Mohandas said K-13 revision be immediately conducted.   There has been input from experts to improve deficient materials or add material. Ramon stated revision is not total change, but improving deficiencies.   The ministry would immediately move to discuss curriculum document review based on field findings.

Curriculum 2013 Revision Needs Time

Curriculum 2013 Revision Takes Time