Koran Tempo, halaman 8
Mengupayakan pendidikan bagi penduduk di pedalaman Mentawai bukannya tak pernah dilakukan. Dari pemerintah hingga lemmbaga swadaya masyarakat mengupayakannya. Salah satu NGO Mentawai, Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM), membuat sekolah hutan sebagai sekolah alternatif untuk anak-anak di sepanjang Sungai Silaoinan di Siberut. YCMM sudah mendirikan tiga sekolah hutan sejak 2006. Dua sekolah hutan lainnya yang dibangun YCMM di Dusun Bekeluk dan Magosi sudah diambil alih pemerintah menjadi Sekolah Dasar Filial dari SD Negeri 12 Muntei.
Menurut Tarida Hernawati, Koordinator Divisi Pendidikan YCMM, pemerintah terus membangun sekolah alternatif bagi masyrakat Siberut yang tinggal jauh di pedalaman dan jauh dari fasilitas pendidikan. Selama ini, sekolah hanya dibangun di pemukiman bentukan pemerintah dalam program Pembinaan Kesejahteraan Masyakarat Terasing (PKMT). Masalahnya, tak banyak penduduk yang betah tinggal di PKMT. Mereka yang awalnya tinggal di PKMT akhirnya kembali ke kampung-kampung lama karena ladang dan ternak mereka berada jauh dari PKMT. Anak-anak pun menjadi ikut pindah, dan pendidikan mereka terbengkalai.
Bupati Mentawai Yudas Sabagalet mengatakan, pemerintah memang ingin mendekatkan sekolah ke tempat tinggal. Tetapi untuk membuat sekolah, muridnya harus cukup. Menurut Yudas pihaknya ingin membuat sekolah filial terlebih dahulu.
Ia mengatakan, membangun sekolah di Mentawai jauh lebih mahal karena semua material didatangkan dengan kapal dari Padang, Sumatera Barat. Untuk sebuah sekolah sederhana, biayanya paling sedikit Rp. 850 juta. Karena itu, pemerintah mengusulkan pembuatan sekolah dari kayu, yang lebih mudah didapat dan lebih murah. Upaya untuk membangun asama juga dijajaki. Yudas menambahkan, yang sulit dicari itu adalah orang yang bisa mengelola asrama dan mengawasi anak-anak.