The Jakarta Pos, halaman 11
Perusahaan raksasa alat-alat pertahanan dan keamanan asal Swedia, Saab AB, telah menandatangani dua perjanjian kerjasama teknologi yang akan membantu mendorong sektor pertahanan dan aeronautika di Indonesia.
Pada hari Kamis, Chief Technology Officer Saab Pontus de Laval menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang diwakili oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Erzi Agson Gani.
Menurut MoU, Saab dan BPPT akan bekerja sama secara luas pada bidang teknologi pertahanan seperti aerospace, teknologi angkatan laut dan sensor. Kerja sama ini juga akan membuat proyek yang mendukung pengembangan otonom teknologi pertahanan di Indonesia, perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan media.
Dalam Mou dengan BPPT, Saab menerapkan Model Triple Helix, di mana Saab dan Swedia telah memiliki pengalaman yang luas. Model Triple Helix adalah konsep sinergi yang kuat antara kalangan akademisi, sektor bisnis, dan pemerintah. De Laval mengatakan, salah satu hasil dari penerapan model Triple Helix adalah sistem pertempuran udara Saab.
Sebelumnya pada hari Rabu, de Laval juga menandatangani MoU dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), yang diwakili oleh Rektor ITB, Kadarsah Suryadi. MoU dengan ITB adalah kerjasama dalam mengembangkan inovasi di bidang kewirausahaan. Perjanjian kerja sama tersebut juga mencakup mendukung kerjasama ilmiah dalam bidang-bidang seperti aeronautika, logistik, transportasi, infrastruktur, program “smart city” dan pembangunan perkotaan.
Pada akhir Juni tahun ini, Saab juga menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan). Kerja sama dengan Unhan berfokus pada kerja sama akademik dalam hal inovasi, penelitian dan pengembangan, serta berbagi pengetahuan teknologi.