56.631 Peserta Ikuti SBMPTN di DKI Jakarta

Jawa Pos, halaman 26

Pelaksanaan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN) diselenggarakan serentak hari ini (31/5). Khusus DKI Jakarta, sebanyak 56.631 calon mahasiswa telah terdaftar. Secara keseluruhan, jumlah peserta SBM PTN tahun meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 54.228.

Ketua Panitia Pusat SBM PTN, Rochmat Wahab, mengatakan, tahun ini, SBM PTN diselenggarakan menggunakan dua sistem, yakni ujian tulis menggunakan kertas pensil dan ujian berbasis komputer (CBT). Baru Universitas Indonesia (UI) yang menyanggupi untuk menyelenggarakan CBT dengan pendaftar sebanyak 50 orang.

Secara keseluruhan, lanjut Rochmat, persiapan pelaksanaan SBM PTN tahun cukup matang, karena panitia maupun pengawas yang bertugas sudah dibekali rangkaian pendidikan kilat (diklat). Rochmat berharap para peserta bisa fokus dan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya karena pada tahun ini persaingan semakin ketat.

Sementara itu, anggota Panitia Lokal (Panlok) DKI Jakarta, Asep Sugianto menuturkan, total ruangan yang digunakan SBM PTN DKI Jakarta tahun ini mencapai 2.864 ruang. Pelaksanaan SBM PTN dilakukan dengan meminjam tempat di beberapa perguruan tinggi dan SMA. Selain itu, terdapat 11 peserta difabel yang mengikuti SBM PTN di UNJ dengan diawasi seorang pengawas dan guru pendamping khusus (GPK) yang diambil dari tenaga pengajar pendidikan luar biasa UNJ.

56,631 Participants took part in SBMPTN in DKI Jakarta

Jawa Pos, page 26

The State Higher Education Entrance Joint Selection (SBMPTN) was simultaneously held today (31/5). In DKI Jakarta, 56,631 university student candidates were registered. The number of participants in this year’s SBMPTN showed an increase compared to the 54,228 who took part last year.

Chair of the Central Committee of SBMPTN, Rochmat Wahab, said that this year SBMPTN was being conducted using two systems, the normal written test using paper and pencil and a computer-based test (CBT) that only the University of Indonesia (UI) was able to undertake with just 50 participants.

Rochmat added that overall, the preparation to carry out this year SBMPTN was adequate because both committees and supervisors in charge had been provided with a series of short courses (diklat). Rochmat expected that the participants will focus and use this opportunity to show their best endeavors because this year the competition is more severe.

The member of Local Committee (Panlok) of DKI Jakarta, Asep Sugianto, explained that 2,864 rooms were needed to hold this year’s SBMPTN in DKI Jakarta. SBMPTN was held by borrowing space from certain universities and SMAs. In addition, there were 11 participants with disabilities who also took part in SBMPTN at UNJ who were under the scrutiny of a supervisor and special teaching officer (GPK) selected from the special education teachers of UNJ.

Jawa Pos_56631 peserta ikut sbmptn di diki jakarta

Cegah Kekerasan, Usulan Pendidikan Seks masuk Kurikulum

http://www.tempo.co

Sejak diusulkan pada 1999, hingga saat ini pendidikan seks usia dini masih belum masuk kurikulum pendidikan Indonesia. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda mengatakan, kendalanya ada pada paradigma berpikir masyarakat, stakeholder, maupun pemerintah itu sendiri. Padahal, menurut Erlinda, pendidikan seks sangat penting untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anak. Dengan adanya pendidikan seks, anak – anak dapat terhindar pemahaman seks dari sumber yang kurang baik.

Menurut Erlinda, nantinya, dapat disisipkan juga pemahaman tentang etika, moral dan ketuhanan. Ia mengambil contoh bahwa tubuh seorang anak adalah titipan tuhan yang sangat mahal, oleh karena itu tidak hanya dijaga kebersihannya, tapi dijaga dari orang yang tidak senonoh karena kamu punya harga diri dan kehormatan.

Menurut Wakil Ketua Bidang Program Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPPA) DKI Jakarta, Margareth Hanita banyak orang sering mengira pendidikan seks usia dini mengajarkan biologi, padahal, itu mengajarkan konsekuensi bahwa mereka adalah laki – laki dan perempuan. Ia mendorong institusi pendidikan untuk mengajarkan pendidikan seks, kesadaran menghargai orang lain, dan hak – hak mereka sebagai anak. Menurut dia, hal hal itu sudah merupakan kewajiban, karena negara kalau mau mencegah harus melalui institusi pendidikan, kalau tidak, berat.

Berdasarkan data P2PPA, jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak terus naik setiap tahunnya. Tahun ini, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan kasus kekerasan seksual terhadap anak tertinggi di Indonesia. Pendidikan seks, menurut KPAI sudah diusulkan untuk masuk ke dalam kurikulum pendidkkan sejak tahun 1999. Namun, hingga saat ini belum masuk kurikulum.

Preventing Violence, Sex Education Proposed to be entered into Curriculum

http://www.tempo.co

Since it was proposed in 1999, until now early childhood sex education has yet to enter Indonesia’s education curriculum. Commissioner of the Indonesia Child Protection Commission (KPAI) Erlinda said the constraint is in the thinking paradigm of the public, stakeholders, as well as the government itself. Actually, according to Erlinda, sex education is crucial to preventing sexual abuse against children. With the presence of sex education, children could be spared from the comprehension of sex from poor sources.

According to Erlinda, in turn it could also be inserted the understanding of ethics, morals and divinity. She gave an example that a child’s body  is God entrusted, very precious, so not only should its cleanliness be maintained, but also guarded against obscene persons because you have pride and honor.

According to Vice Chairman of Programs of Women’s and Child Empowerment Integrated Service Center (P2TPPA) of DKI Jakarta, Margareth Hanita, many people think early childhood sex education teaches biology, when actually, it teaches the consequences of their being male and female. She encouraged education institutions to teach sex education,  the awareness to respect other people, and their rights as children. According to her, that is already an obligation, because if the country wants to prevent it should be through education institutions, otherwise, it would be difficult.

Based on P2PPA data, the number of violence (cases) against women and children continues to rise every year. This year, East Jakarta becomes the area with the highest sexual abuse/violence against children in Indonesia. Sex education, according to KPAI has been proposed to be entered into the education curriculum since 1999. However, to date it has not yet entered the curriculum.

Link: https://nasional.tempo.co/read/news/2016/05/30/079775112/cegah-kekerasan-usulan-pendidikan-seks-masuk-kurikulum

Tempocom_cegah kekerasan usulan pendidikan seks masuk kurikulum

Pakar: Karakter Harus Ditanamkan dari Rumah

Suara Pembaruan, halaman 17

Pakar pendidikan Arief Rachman, mengatakan, karakter seseorang hanya bisa dibentuk jika sistem dan nilai yang dikembangkan dipatuhi semua lembaga. Pasalnya, orang-orang yang memiliki karakter meski terjepit sekalipun masih akan berpihak pada kebenaran. Arief mencontohkan, ketika anak-anak membuat kesepakatan untuk menyontek secara bersama-sama, tiba-tiba ada satu anak yang menolak. Maka anak tersebutlah yang berkarakter, karena dia tentu akan dikucilkan dari teman-temannya.

Karakter, menurut Arief, harus ditanamkan dari rumah, sebab, pembentukan karakter tidak akan berhasil jika  rumah dan sekolah tidak kompak. Salah satu contohnya, masih ditemukan orangtua yang menghalalkan segala cara untuk mengubah nilai anaknya. Padahal, awalnya orangtua tersebut merupakan keluarga yang taat kepada agama. Namun, karena terbawa lingkungan akhirnya berubah, sehingga jebol prinsip-prinsipnya.

Kesalahan pendidikan karakter ini, lanjut Arief, terjadi karena terlalu banyak kekeliruan dalam pendidikan. Pasalnya, saat ini, pendidikan diukur dengan hal-hal seperti nilai sekolah, kesarjanaan, dan hal lainnya. Sehngga masyarakat lupa melihat keberhasilan yang tidak terlihat seperti keramahan dan pengorbanan. Menurut Arief, hal ini menunjukkan ekosistem pendidikan Indonesia belum terbangun dengan baik. Sekolah masih berlomba-lomba untuk cari ranking. Anak dijejali dengan laithan try out supaya nilainya tinggi. Hal tersebut tidak benar jika dijadikan sebuah tujuan.

Expert: Character Should be Instilled from Home

Suara Pembaruan, page 17

Education expert Arief Rachman said a person’s character could only be formed/shaped if the system and values developed are obeyed by all agencies/institutions. Because people of character despite being in trying situations would favor the truth/good. Arief gave an example, when children make an agreement to cheat together, suddenly there is one child who refused. So that child is the one with character, for he would certainly be ostracized by his friends.

Character, according to Arief, should be instilled from the home, because, character building will not be successful if the home and the school do not conform. One example is we still find parents who justify any means to change their children’s scores. In fact, initially the parents were a devout family.nHowever, due to influence of the environment, they finally changed, so their principles are broken.

This character education blunder, continued Arief, occurred because there are too many mistakes in education. The reason is that currently education is measured by matters such as school grades, undergraduate title, and others.  So the people/ public forget to see the unseen successes such as hospitality and sacrifice. According to Arief, this shows Indonesia’s education ecosystem has not been built well. Schools still vie to seek ranking. Children are bombarded with try out exercises to achieve high scores. This is not right to be made as a goal/an objective.

Suara Pembaruan_pakar karakter harus ditanamkan dari rumah

Negara Akui Mahad Aly

Republika, halaman 12

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan 13 perguruan tinggi keagamaan berbasis pesantren atau Mahad Aly. Peresmian bersamaan dengan Wisuda ke-3 Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asyari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Senin (30/5).

Pada kesempatan itu, Lukman juga memberikan izin pendirian sekaligus nomor statistik Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng. Kemenag secara resmi  menerbitkan SK untuk 13 Ma’had Aly diakui oleh negara. Pemberian pengakuan terhadap Mahad Aly ini diawali dengan penandatanganan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 71/2015 tentang Mahad Aly.

Kendati menandatangani aturan itu, Lukman menyatakan, pengakuan Mahad Aly oleh negara merupakan perjuangan panjang. Karena itu, dia  mengapresiasi para pendahulu yang telah berjasa memperjuangkan adanya aturan mengenai Mahad Aly.

Mahad Aly adalah perguruan tinggi keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqqah fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan pondok pesantren. Mahad Aly adalah wujud pelembagaan sistemik tradisi intelektual pesantren tingkat tinggi yang keberadaannya melekat pada pendidkan pesantren. Secara kelembagaan, Mahad Aly merupakan jenjang pendidikan tinggi.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin, mengatakan, kehadiran PMA Nomor 71/2015 itu tidak saja memastikan legalitas Mahad Aly dalam sistem pendidikan nasional, namun juga memperjelas komitmen pemerintah untuk mewujudkan Mahad Aly setara dengan lembaga pendidikan tinggi agama dan ilmu pendidikan tinggi umum. Keseteraan itu meliputi sejumlah hal yakni pengakuan, status, lulusan, dan perhatian pemerintah terhadap keberlangsungan dan pengembangannya.

State Recognizes Mahad Aly

Republika, page 12

Religious Affairs Minister Lukman Hakim Saifuddin inaugurated 13 pesantren (Islamic boarding school)-based religious universities or Mahad Aly. The inauguration was carried out in conjunction with the 3rd Islamic student graduation at Tebuireng Islamic Boarding School’s Mahad Aly Hasyim Asyari, Jombang, East Java on Monday (30/5).

On that occasion, Lukman also provided the establishment permit and statistical number of Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng. The ministry had officially issued SKs (ministry decrees) which stipulated the state recognition to 13 Mahad Alys.   The provision of recognition to those Mahad Alys was signified by the signing of Religious Affairs Minister Regulation (PMA) No. 71/2015 on Mahad Aly.

While the regulation was already signed, Lukman asserted the state recognition to Mahad Aly was a long struggle. Accordingly, he highly appreciated his predecessors who had fight for the establishment of regulation on Mahad Aly.

Mahad Aly is Islamic university which conducted academic education on the mastery of Islamic religious knowledge (tafaqqah fiddin) based on the so-called kitab kuning (classic textbooks) organized by Pesantren. Mahad Aly is the realization of the systemic institutionalization of high-level Pesantren’s intellectual tradition embedded to pesantren education. Institutionally, Mahad Aly is categorized as higher education institution.

The ministry’s Director General of Islamic Education Kamaruddin Amin said the minister regulation did not only ensure the legality of Mahad Aly but also clarified the government’s commitment to make Mahad Aly equivalent with both Islamic and general higher education institutions. The equivalency encompassed some aspects, namely recognition, status, graduate status and the government support to its continuity and development.

Republika_negara akui mahad aly

Anak-Anak di Bantaran Sungai Cisadane Pantang Menyerah untuk Gapai Impian Mereka

The Jakarta Post, halaman 8

Empat tahun lalu Dita Agustina berpikir dia tidak akan bisa kembali bersekolah, keluarganya waktu itu baru saja digusur dari rumah mereka di Tangerang. Harapan itu mulai memudar bersama dengan buku-buku, tas sekolah dan alat tulisnya yang ikut hancur selama penggusuran. Namun, ia kemudian belajar di Rumah Belajar Anak Langit, sebuah komunitas belajar untuk keluarga berpenghasilan rendah di Kota Tangerang.

Dita kala itu tengah menyelesaikan tahun terakhirnya di SMP, dan ia berharap suatu saat akan menjadi seorang guru sehingga ia dapat mengajar anak lainnya tentang pentingnya pendidikan.

Komunitas belajar swadaya itu terletak tepat di bantaran Sungai Cisadane, saat ini telah membantu lebih dari 200 anak-anak yang terpinggirkan untuk merebut kembali hak mereka mendapatkan pendidikan, yang telah dilakukan sejak tahun 2004. Rumah Belajar Anak Langit membantu pendidikan anak-anak itu dari sejak balita, melalui pendidikan anak usia dini (PAUD), hingga tingkat SMA, meskipun keadaan ekonomi mereka yang mengkhawatirkan.

Komunitas belajar yang  sebagian besar dibangun dengan menggunakan bilik bambu, terbuka sepanjang waktu bagi anak-anak untuk belajar dengan para relawan, atau hanya sekedar singgah.

Pendidikan untuk kelas PAUD berlangsung di lingkungan komunitas belajar itu, sedangkan untuk anak tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah akan didukung secara finansial oleh Rumah Belajar Anak Langit dengan memasukkan mereka ke sekolah-sekolah negeri dan swasta di lingkungan sekitarnya dan bebas untuk mengambil kursus tambahan matematika, bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya.

Vina Nur Afiyanti, seorang ibu rumah tangga dan relawan guru di Rumah Belajar Anak Langit, mengatakan, ada proses seleksi yang ketat bagi anak-anak ingin didukung dan terdaftar di komunitas itu. Kriteria terpenting adalah  menegaskan kesediaan mereka untuk melanjutkan pendidikan mereka. Saat ini, komunitas tersebut memiliki 20 relawan guru yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari ibu rumah tangga hingga PNS.

Karena  rumah belajar tersebut telah berdiri selama 12 tahun, banyak dari lulusannya yang telah berhasil mendapatkan pekerjaan yang baik. Vina mengatakan, tujuan utama keberadaan rumah belajar dan para gurunya adalah membantu anak-anak untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Vina telah mengajar mata pelajaran matematika di rumah belajar itu dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini. Sebagai relawan, ia tidak berkewajiban untuk pergi ke rumah belajar setiap hari, namun ia siap kapan saja murid-muridnya membutuhkannya.

Namun, keberadaan rumah belajar itu kemungkinan akan terancam karena terletak kurang dari 5 meter dari tepi Sungai Cisadane. Rumor mengatakan bahwa Pemerintah Kota Tangerang akan segera menggusur rumah belajar itu untuk dibangun sebuah tanggul.

Cisadane Riverbank Children Refusing to Give Up on Their Dreams

The Jakarta Post, page 8

Four years ago Dita Agustina thought she would not be able to return to school, her family having just been evicted from their house in Tangerang. Hope was starting to fade away along with her books, school bag and stationery that were destroyed during the eviction. But then she learned about Rumah Belajar Anak Langit, a learning community for low-income families in Tangerang.

Dita was then in her final year of junior high school and hoped to one day become a teacher to teach others of the importance of education.

Located just beside Cisadane River, the self-funded foundation is currently helping more than 200 marginalized children reclaim their right to an education, a service they have been providing since 2004. Rumah Belajar Anak Langit helps children from as early as infancy, through their early education and up to senior high school, to continue their education despite their economic worries.

The community area, most of which was built using preserved bamboo, is open round the clock for the children to learn with volunteers or just visit.

While the early childhood education program takes place in the community area, the elementary school and high school students are financially supported by Rumah Belajar Anak Langit to enter state-run and private schools in the neighborhood and are free to do additional courses in mathematics, English and other subjects.

Vina Nur Afiyanti, a housewife and volunteer teacher at the center, said there was a strict selection process for children hoping to be supported by or enrolled at the community, emphasizing that their willingness to continue their education was the most important criterion. Currently, the community had 20 volunteer teachers that came from various backgrounds, from housewives to civil servants.

As the school has been established for 12 years, many of the graduates have been able to get good jobs. Vina said that helping children to build better lives was the main goal for the school and its teachers.

Vina, who has been teaching mathematics at the community for the last three years, said as a volunteer she was under no obligation to go to the school every day, but said that she was ready anytime her students needed her.

However, the school’s existence could be under threat as it is located less than 5 meters away from the banks of the Cisadane River. Rumor has it that the city administration may soon evict the school to build a levee.

The Jakarta Post_cisadane riverbank children refusing to give up on their dreams