Mendikbud: Kemampuan Baca Siswa SMA Masih Setara SMP

Suara Pembaruan, halaman 16

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, kemampuan membaca anak-anak SMA ternyata masih setara dengan tingkat SMP. Rendahnya kemampuan membaca disebabkan minimnya jumlah buku yang diproduksi. Hal ini juga yang menjadi penyebab rendah tingkat pertumbuhan literasi Indonesia dibandingkan negara lain.

Menurut Muhadjir, ketersediaan buku dan minat baca harus seimbang. Jika tidak, akan percuma. Rendahnya minat baca dikalangan masyarakat menjadikan Indonesia sebagai negara dengan minat baca yang sangat rendah. Sebab, berdasarkan penelitian dari Central Connecticut State University awal Maret 2016 tentang Most Literate Nations in the World, menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara.

Muhadjir sangat mendukung dan mengapresiasi kembali diselenggarakannya Indonesia International Book Fair (IBF) 2016. Hal ini, menurutnya, sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah. Sebab sudah saatnya pemerintah mendorong kegiatan perbukuan. Ditambahkan olehnya, untuk menyukseskan program literasi, Ia mengajak semua pihak terlibat, agar kemampuan baca di Indonesia bisa meningkat.

Mendikbud: Reading Skills of SMA Students Still at the Same Level as SMP Students

Suara Pembaruan, page 16

Ministry of National Education (Kemendikbud), Muhadjir Effendy said that reading skills of SMA students is apparently still at the same level as those of SMP students. This low skill of reading is due to the low number of books produced. This condition also resulted in the low rate of literacy development in Indonesia compared to other countries.

He added that the availability of books and interest in reading should be in balance or else things will decline. The low interest in reading among Indonesian people has seen Indonesia become a country with lower literacy levels. According to research by Central Connecticut State University at the beginning of March 2016 on Most Literate Nations in the World, Indonesia ranked 60th of 61 countries.

Muhadjir supported and appreciated the Indonesia International Book Fair (IBF) 2016. He said that this event is one form of the government’s responsibilities. It is time for the government to encourage book-related activities. In order to bring success to this literacy program, he invited all parties to participate so that Indonesian people can improve their reading skills.

sp_mendikbud-kemampuan-membaca-siswa-sma-masih-setara-smp

USAID Hibah Buku, Latih Pemanfaatan 4.896 Buku

www.republika.co.id

Sebanyak 34 orang guru kelas awal, kepala sekolah (kepsek), dan pengawas dari 9 SD/MI yang tergabung pada Gugus 1 Setia Bakti, Aceh jaya, telah menyelesaikan tahapan pelatihan buku bacaan berjenjang selama tiga hari di SDN 11 Setia bakti, Kamis (29/9). Pada kegiatan tersebut, sekaligus dihibahkan sebanyak 4.896 eks buku bacaan berjenjang kepada sekolah.

Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Aceh Jaya Edwar SPd memberikan apresiasi terhadap program USAID Prioritas yang telah menghibahkan buku dan sekaligus memberikan pelatihannya. Menurut Edwar, USAID Prioritas bukan hanya menghibahkan buku saja, tapi juga melatih guru untuk mengerti bagaimana cara pemanfaatannya. Dia juga berharap, buku yang telah dihibahkan tersebut dapat dipergunakan dengan baik oleh sekolah penerima sesuai dengan pelatihan,

Buku Bacaan Berjenjang yang dihibahkan terbagi menjadi 6 kategori buku dengan tingkatan atau jenjang kesulitan. Mulai dari yang sederhana untuk siswa yang baru belajar membaca, sampai yang tingkat kesulitannya semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca.

Said Ridha, program asisten B3 USAID prioritas Aceh Jaya mengatakan, dengan dilatihnya guru dan menerapkan metode membaca ini, diharapkan siswa kelas awal bukan hanya mampu mengenal huruf dan membaca, tetapi juga mampu memahami isi bacaan.

USAID Donates 4,896 Books and Training on Their Use

www.republika.co.id

Some 34 primary education teachers, headmasters and supervisors from nine SDs/MIs under Gugus 1 Setia Bakti, Aceh Jaya, have completed tiered reading books training for three days at SDN 11 Setia Bakti, Thursday (29/9). At this event, some 4,896 tiered reading books were donated to schools.

Secretary of Department of Education, Youth and Sport for Aceh Jaya, Edwar SPd appreciated this program of USAID Prioritas that donated books and also provided the training. Edwar added that USAID Prioritas not only donated books but also trained the teachers in understanding how to best use them.  He also hoped that those books could be properly used by schools as have been practiced in the training.

Tiered reading books from the donation comprise six categories with various tiers or levels of difficulty. The levels start from the easiest for students who have just started to learn to read through to higher levels for students who are already fluent in reading.

Said Ridha, program assistant B3 USAID Prioritas Aceh Jaya said that with training for teachers and also the implementation of the reading method, students in the primary class are expected to not only recognize the letters and read sentences but also understand the content of what they read.

Link: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/09/29/oe9fuk396-usaid-hibah-buku-latih-pemanfaatan-4896-buku

rol_usaid-hibah-buku-latih-pemanfaatan-4896-buku

 

AS – RI Jaga Hubungan Baik Melalui Pendidikan

www.beritasatu.com

Pemerintah Amerika Serikat (AS) berkomitmen terus menjaga hubungan baik dengan Indonesia (RI) dalam jangka panjang, dengan memprioritaskan hubungan antarmasyarakat kedua negara. Langkah konkret adalah melalui program edukasi, dengan mendorong pelajar Indonesia menuntut ilmu di AS. Wakil Duta Besar Amerika untuk Indonesia Bryan McFeeters menyatakan, adanya hubungan antarmasyarakat kedua negara merupakan prioritas.

Ia menyatakan hubungan antarmasyarakat merupakan prioritas utama dalam program hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika, dan berangkatnya pelajar Indonesia untuk berstudi ke Amerika dapat memperkuat hubungan tersebut. Ia mencontohkan, apabila kita mengirim seorang pelajar berusia 22 tahun, dia akan bisa pulang dengan membawa impressions dan memori yang menyenangkan akan Amerika, ia pun akan bisa membuat koneksi internasional yang besifat abadi dengan orang-orang di sana.

Tak hanya itu, Wakil Dubes McFeeters mengatakan bahwa peran pelajar Indonesia di sana tak hanya berhenti sebagai penuntut ilmu saja, melainkan sebagai duta besar negara mereka sendiri yang bisa memberikan informasi menarik mengenai Indonesia kepada warga lokal di sana. Menurut McFeeters, AS menganggap warga Indonesia di sana sebagai duta besar, karena mereka akan bisa menjelaskan berbagai macam budaya, toleransi terhadap agama yang berbeda-beda, nilai-nilai demokrasi dan juga kebebasan berpendapat. Hal itu dianggap penting oleh Wakil Dubes McFeeters karena menurutnya, informasi yang dimiliki oleh warga Amerika mengenai Indonesia masih sangat terbatas.

Saat ini tercatat sekitar 8.500 pelajar Indonesia sedang menuntut ilmu di berbagai negara bagian di penjuru Amerika Serikat.

US – RI Maintain Good Relations through Education

www.beritasatu.com

The government of the United States of America (US) is committed to continue maintaining good relations with Indonesia (RI) in the long term, by prioritizing people ties of both countries. A concrete step is through education programs, by encouraging Indonesian students to study in the US. US Deputy Ambassador to Indonesia Bryan McFeeters stated community relations/ties of both countries are a priority.

He said inter-community ties are the key priority in the bilateral relations program between Indonesia and the United States, and the departure of Indonesian students to study in the United States could strengthen the relationship. He pointed out, if we send a 22 year old student, he/she would be able to go home bringing pleasant impressions and memories of America, and could also make eternal international connections with the people there.

Not only that, Deputy Ambassador McFeeters said that the role of Indonesian students there does not stop at the pursuit of knowledge alone, instead they are as ambassadors of their own country who could provide interesting information on Indonesia to the local citizens there. According to McFeeters, the US considers Indonesian citizens there as ambassadors, because they would be able to explain the various kinds of cultures, tolerance towards different religions, the values of democracy and also freedom of opinion. These are considered important to Deputy Ambassador McFeeters because according to him, Americans still have very limited information about Indonesia.

Currently, there are approximately 8,500 Indonesian students studying in various states across the United States.

Link: http://www.beritasatu.com/kesra/389558-asri-jaga-hubungan-baik-melalui-pendidikan.html

beritasatu_as-ri-jaga-hubungan-baik-melalui-pendidikan

Indonesia Dorong Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Tujuan Damai

www.antaranews.com

Indonesia tengah mendorong program kerjasama teknis berkelanjutan yang dikembangkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) khususnya di bidang pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Indonesia juga mendukung pencapaian program pembangunan berkelanjutan PBB, yaitu Sustainable Development Goals (SDG).

Hal ini disampaikan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nassir sebagai Ketua Delegasi Indonesia pada Sidang Umum (SU) IAEA ke-60 yang berlangsung hari di Wina, Austria.

Menteri Muhammad Nasir juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan teknis kepada negara-negara anggota IAEA lainnya.

Bantuan teknis yang bisa diberikan Indonesia antara lain pelatihan dan fellowship di bidang pertanian, khususnya pemuliaan tanaman (mutation breeding), iradiasi makanan (food Preservation) untuk daerah bencana, serta aplikasi industri.

Menteri Muhammad Nasir juga menjelaskan inisiatif Indonesia bagi penguatan dan pengembangan riset dan teknologi nuklir untuk tujuan damai di kawasan Asia Pasifik melalui platform kerjasama Regional Capacity Building Initiative (RCBI). Program ini telah diluncurkan pada akhir 2015, dan proyek percontohan dilaksanakan pada 2016.

Program RCBI juga akan difasilitasi oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang telah ditetapkan sebagai IAEA collaborating center dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dalam hal pembangunan kapasitas di bidang infrastruktur keselamatan radiasi di kawasan.

Menteri Muhammad Nasir menyoroti relevansi pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai dalam pencapaian SDGs. Disebutkan bahwa 13 dari 17 butir SDGs terkait erat dengan fungsi dan peran yang selama ini telah dimainkan oleh IAEA terkait pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Mengenai cara untuk menangani isu nuklir Iran, Indonesia mendorong semua pihak untuk melaksanakan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) antara Iran dan E3/EU+3 (Jerman, Perancis dan Itali), dan menyerukan  masyarakat internasional untuk memelihara atmosfir positif dalam menjamin implementasi perjanjian tersebut.

Dalam Sidang Umum IAEA ke-60, Indonesia menyelenggarakan eksibisi bertema “Harnessing Nuclear S&T for Human Welfare: Strengthening Food Security” yang menampilkan fokus pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai, keamanan pangan; peningkatan kualitas kesehatan dan obat-obatan, industri dan pelestarian lingkungan.

Indonesia promotes nuclear technology for peace program

www.antaranews.com

Indonesia is promoting a sustainable technical cooperation strategy developed by the International Atomic Energy Agency (IAEA) to apply nuclear technology for peace. Also, it supports efforts to achieve the Sustainable Development Goals (SDGs).

This was made clear by Technology, Research and Higher Education Minister Muhammad Nassir, the chairman of the Indonesian delegation, at the 60th General Assembly of the IAEA in Vienna, Austria.

The minister asserted that Indonesia was fully capable of providing technical assistance to other IAEA members.

Such assistance can be in the form of training and fellowship programs in agriculture, especially in mutation breeding, irradiation of food (food preservation) for disaster areas and industrial application.

Minister Nassir also explained Indonesias initiatives in strengthening and developing nuclear research and technology for peace in the Asia Pacific region through a cooperation platform of Regional Capacity Building Initiative (RCBI).  The RCBI was launched at the end of 2015, and was made operational in 2016.

This program will be facilitated by the Indonesian National Nuclear Agency (Batan), which has been assigned as the IAEA collaborating center, and the Indonesian Nuclear Energy Regulatory Agency (Bapeten) for capacity building in radiation safety infrastructure in the region.

Nassir highlighted the application of nuclear technology for peace in achieving the SDGs. Thirteen of the 17 points mentioned in the SDGs are closely connected to the role and functions that IAEA can play in development and prosperity.

Regarding ways to deal with the nuclear issues in Iran, Indonesia has called upon all sides to carry out the Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) between Iran and E3/EU+3 (Germany, France and Italy), and urged the entire international community to maintain a positive atmosphere to ensure implementation of the agreement.

At the 60th IAEA General Assembly, Indonesia is holding an exhibition under the theme of “Harnessing Nuclear S&T for Human Welfare: Strengthening Food Security.” It showcases the application of nuclear technology for peace, food, health and medicine, industry and environment preservation.
Link: http://www.antaranews.com/en/news/106936/indonesia-promotes-nuclear-technology-for-peace-program

antaranews_indonesia-promotes-nuclear-technology-for-peace-program

Buku Pelajaran Sekolah Islam Isyaratkan Ajarkan Radikalisme

The Jakarta Post, halaman 2

Siswa Muslim tingkat SMP di seluruh Indonesia belajar buku pelajaran Islam yang menggambarkan bahwa orang Yahudi itu “licik dan tidak dapat dipercaya”, meskipun faktanya dalam beberapa ayat dalam Al-Quran menceritakan hal-hal positif mengenai orang Yahudi.

Sikap anti-Semitisme itu setidaknya terdapat dalam dua buku sekolah Islam untuk kelas tujuh dan delapan, masing-masing pada halaman 197 dan halman 8-9. Buku itu diterbitkan dan didistribusikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kedua buku tersebut adalah materi pelajaran membaca bagi sekitar 10 juta siswa SMP di seluruh Tanah Air.

Di Indonesia, merupakan hal umum bagi siswa, dan mayarakat Indonesia pada umumnya, memiliki persepsi negatif tentang orang Yahudi, meskipun faktanya mereka jarang, bahkan tidak pernah berinteraksi dengan mereka.

Menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah di Tangerang Selatan, Banten, terlepas dari gerakan kampanye intoleransi, buku pelajaran sekolah Islam juga diduga mengkampanyekan ideologi kekerasan,

Para peneliti, yang melakukan studi lapangan di wilayah Jombang, Jawa Timur, Bandung dan Depok, Jawa Barat, serta Jakarta, menganalisis puluhan buku pelajaran Islam dari mulai tingkat SD, SMP dan SMA yang dibaca oleh sekitar 40 juta siswa di seluruh Indonesia .

Penelitian itu mengungkapkan bahwa dari hasil pemeriksaan terhadap buku-buku Islam tingkat SD ditemukan bahwa siswa diajarkan mengenai eksklusivitas Islam yang menyatakan bahwa masyarakat non-Muslim sebagai kafir.

Sementara, dalam buku-buku Islam untuk tingkat SMP, siswa diperkenalkan dengan stereotip agama yang menggambarkan masyarakat non-Muslim, termasuk Yahudi, sebagai “najis”.

Selain itu, nilai-nilai yang dipromosikan di bagian buku-buku Islam untuk tingkat SMA meliputi pembentukan khilafah serta penolakan terhadap nilai-nilai demokrasi seperti yang diperkenalkan oleh pendiri paham Islam Sunni dan ulama Abul Ala Mawdudi.

Dalam studi kasus yang dilakukan di Jombang, Jawa Timur, PPIM menemukan dalam modul siswa atau LKS adanya kalimat “hanya Allah yang harus kita sembah, dan mereka yang tidak menyembah Allah adalah musyrik dan diperbolehkan untuk dibunuh”.

Penyisipan intoleransi dan ideologi radikal di buku pelajaran sekolah menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendkbud) dalam mencegah masuknya ideologi radikal dalam buku yang diterbitkannya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pendahulunya Anies Baswedan pada tahun 2015 telah menarik buku-buku pelajaran Islam yang kontroversial dan merevisinya. Kemendikbud juga telah membentuk tim gabungan untuk memantau penulisan dan penerbitan buku yang dilakukan oleh Kemendikbud. Tim gabungan itu terdiri perwakilan dari kementerian Agama dan organisasi Islam moderat.

Islamic School Books Hint at Radicalism

The Jakarta Post, page 2

Muslim students of junior high schools across Indonesia learn from their Islamic text books that Jews are “sly and untrustworthy” despite the fact that several verses in the Quran share positive stories about Jews.

Such anti-Semitism is well recorded in at least two Islamic school books for grades seven and eight, published and distributed by the Culture and Education Ministry, on pages 197 and 8-9, respectively.

The two books are reading material for around 10 million junior high school students across the country.

In Indonesia, it is common for students, and Indonesians in general, to have a negative perception of Jewish people despite the fact that they rarely, or never, interact with them.

Apart from intolerance campaigns, Islamic textbooks also supposedly promote a violent ideology, according to a recent study conducted by the Center for Islamic and Society Studies (PPIM) at Syarif Hidayatullah State Islamic University in South Tangerang, Banten.

The researchers, who conducted field studies in Jombang in East Java, Bandung and Depok in West Java, as well as Jakarta, analyzed dozens of Islamic textbooks from elementary schools, junior high schools and high schools that are read by around 40 million students in Indonesia.

The study claims that Islamic books, at the elementary school it examined, taught students about Islamic exclusivity by declaring non-Muslims as kafir or infidels.

Meanwhile, books at junior high schools introduce religious stereotypes that describe non-Muslims, including Jews, as “filth”.

In addition, values promoted in parts of senior high school Islamic books include the establishment of a caliphate as well as the rejection of democracy as introduced by Sunni Islamism founder and cleric Abul Ala Mawdudi.

In a case study conducted in Jombang, East Java, the PPIM found in student modules or LKS the sentence “only Allah is the one we should worship, and those who don’t worship Allah are musyrik and are liable to be killed”.

The insertion of intolerance and radical ideology in school textbooks raises concerns over the ministry’s ability to prevent the inclusion of radical ideology in books it publishes.

Culture and Education Minister Muhadjir Effendy said his predecessor Anies Baswedan in 2015 had withdrawn controversial Islamic books and revised them and the ministry had set up a joint team to monitor the writing and publication of books at the ministry. Muhadjir said, the team comprises representatives from the Religious Affairs Ministry and [moderate] Islamic organizations.

jakpost_islamic-school-book-hint-radicalism