The Jakarta Post, halaman 2
Siswa Muslim tingkat SMP di seluruh Indonesia belajar buku pelajaran Islam yang menggambarkan bahwa orang Yahudi itu “licik dan tidak dapat dipercaya”, meskipun faktanya dalam beberapa ayat dalam Al-Quran menceritakan hal-hal positif mengenai orang Yahudi.
Sikap anti-Semitisme itu setidaknya terdapat dalam dua buku sekolah Islam untuk kelas tujuh dan delapan, masing-masing pada halaman 197 dan halman 8-9. Buku itu diterbitkan dan didistribusikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kedua buku tersebut adalah materi pelajaran membaca bagi sekitar 10 juta siswa SMP di seluruh Tanah Air.
Di Indonesia, merupakan hal umum bagi siswa, dan mayarakat Indonesia pada umumnya, memiliki persepsi negatif tentang orang Yahudi, meskipun faktanya mereka jarang, bahkan tidak pernah berinteraksi dengan mereka.
Menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah di Tangerang Selatan, Banten, terlepas dari gerakan kampanye intoleransi, buku pelajaran sekolah Islam juga diduga mengkampanyekan ideologi kekerasan,
Para peneliti, yang melakukan studi lapangan di wilayah Jombang, Jawa Timur, Bandung dan Depok, Jawa Barat, serta Jakarta, menganalisis puluhan buku pelajaran Islam dari mulai tingkat SD, SMP dan SMA yang dibaca oleh sekitar 40 juta siswa di seluruh Indonesia .
Penelitian itu mengungkapkan bahwa dari hasil pemeriksaan terhadap buku-buku Islam tingkat SD ditemukan bahwa siswa diajarkan mengenai eksklusivitas Islam yang menyatakan bahwa masyarakat non-Muslim sebagai kafir.
Sementara, dalam buku-buku Islam untuk tingkat SMP, siswa diperkenalkan dengan stereotip agama yang menggambarkan masyarakat non-Muslim, termasuk Yahudi, sebagai “najis”.
Selain itu, nilai-nilai yang dipromosikan di bagian buku-buku Islam untuk tingkat SMA meliputi pembentukan khilafah serta penolakan terhadap nilai-nilai demokrasi seperti yang diperkenalkan oleh pendiri paham Islam Sunni dan ulama Abul Ala Mawdudi.
Dalam studi kasus yang dilakukan di Jombang, Jawa Timur, PPIM menemukan dalam modul siswa atau LKS adanya kalimat “hanya Allah yang harus kita sembah, dan mereka yang tidak menyembah Allah adalah musyrik dan diperbolehkan untuk dibunuh”.
Penyisipan intoleransi dan ideologi radikal di buku pelajaran sekolah menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendkbud) dalam mencegah masuknya ideologi radikal dalam buku yang diterbitkannya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pendahulunya Anies Baswedan pada tahun 2015 telah menarik buku-buku pelajaran Islam yang kontroversial dan merevisinya. Kemendikbud juga telah membentuk tim gabungan untuk memantau penulisan dan penerbitan buku yang dilakukan oleh Kemendikbud. Tim gabungan itu terdiri perwakilan dari kementerian Agama dan organisasi Islam moderat.