The Jakarta Post, halaman 3
Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan di Indonesia tidak bisa dikatakan malapetaka ataupun suram. Karena, jika dilihat dari presentase, jumlah peneliti wanita di negara ini lebih tinggi dibanding rata-rata global.
Namun demikian, jumlah penelitian tentang gender dan wanita dirasa masih sangat kurang. Wanita masih sering diidentifikasikan sebagai objek penelitian saja.
Studi yang dilakukan oleh Sajogyo Institut yang berbasis di Bogor dengan menggunakan data dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) antara tahun 2013 hingga tahun 2015, menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen penerima hibah Kemenristekdikti adalah kaum perempuan. Adapun, lebih dari 30 persen pemimpin penelitian yang didanai Kemenristekdikti juga berasal dari kaum perempuan.
Peneliti dari Sajogyo Institut, Budiyono Zaini, mengatakan, di Indonesia, jumlah peneliti perempuan angkanya hampir sama dengan jumlah peneliti laki-laki. Jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata global, dimana sebanyak 28,4 persen peneliti adalah perempuan. Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, jumlah itu juga masih lebih tinggi dari jumlah rata-rata presentase peneliti perempuan di kawasan Asia Timur dan Pasifik, yaitu sebesar 22,6 persen,.
Direktur Riset dan Pengabdian kemenristekdikti, Ocky Karna Radjasa, mengatakan, kesenjangan jumlah peneliti perempuan dan peneliti laki-laki tidak terlalu besar dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Sehingga, perempuan cukup memiliki banyak kesempatan untuk aktif dalam penelitian.
Namun, ungkap Ocky, para peneliti perempuan sebagian besar terkonsentrasi di beberapa perguran tinggi (PT) terkemuka di Indonesia, yang dinilai berdasarkan empat kategori. Dari sebanyak 3.246 PT di Indonesia, hanya 25 PT yang memiliki kategori dengan kualitas tertinggi. Pada kategori kedua hanya terdiri dari 76 perguruan tinggi saja.
Ia menambahkan dari 25 universitas top tersebut didominasi oleh PT-PT terbaik, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), dan mereka tidak memiliki masalah dalam hal kesetaraan gender. Namun bagiamana dengan PT-PT lainnya? Sisanya hanya taerdiri dari univeritas dengan kualitas rendah Ocky menambahkan, perekrutan akademisi perempuan sangat terbatas di PT-PT dengan kualitas rendah. Perekrutan di PT-PT tersebut lebih didominasi untuk laki-laki.