Jawa Pos, halaman 3
Hari pertama pelaksanaan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) sempat diwarnai indikasi kecurangan. Di Kudus, sekolah dihebohkan dengan soal ujian berformat PDF yang beredar melalui pesan di aplikasi WhatsApp (WA). Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Penelitian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam menyatakan bahwa hal itu menjadi tanggung jawab sekolah.
Nizam menjelaskan, pemerintah hanya memberikan 20–25 persen soal sebagai acuan, memberikan pelatihan penulisan soal, dan bantuan hibah bagi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk membahas soal USBN. Selebihnya, pemerintah menyerahkannya ke sekolah. Sementara itu, pembinaan langsung berada di tangan dinas kabupaten/kota dan provinsi.
Hal senada dilontarkan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Hamid Muhammad. Hamid menegaskan, sanksi terhadap kebocoran tersebut pasti ada. Teguran dan assessment akan dilakukan langsung oleh Irjen yang bertugas mengawasi. Dia menyayangkan hal itu bisa terjadi. Menurut Hamid, tujuan pemerintah memberikan kepercayaan 100 persen kepada guru di sekolah adalah mengurangi kebocoran soal.
Sementara itu, pengamat pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jejen Musfah menilai, ada beberapa faktor yang jadi pemicu oknum-oknum tertentu membocorkan soal USBN sebagai dampak bobroknya manusia pendidikan Indonesia. Pertama adalah faktor ekonomi, Kedua adanya oknum tertentu yang punya akses ke sekolah, dan ketiga adanya kepentingan tertentu dari sekelompok orang. Di tanah air, budaya pendidikan masih jauh dari kata jujur dan masih berpatokan pada nilai dan prestise, belum sampai pada level bahwa ujian itu bukan semata-mata mengejar nilai.