Kemensos Bangun Pusat Riset Anak Jalanan

Republika, halaman 5

Kementerian Sosial bekerja sama dengan Yayasan Tahir Foundation akan membangun pusat riset untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial. Hal ini sesuai komitmen Yayasan Tahir Foundation untuk menuntaskan anak jalanan di Indonesia.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Jakarta, Senin (21/3), mengatakan, sebetulnya Kemensos memiliki program dimana pada akhir 2017 Indonesia bebas anak jalanan. Kemensos juga melihat adanya risiko tambahan yang dialami anak-anak jalanan yaitu eksploitasi seksual. Tak hanya itu, Indonesia juga kini dikagetkan dengan sejumlah anak-anak yang hilang dan terindikasi bahwa organ-organ tubuh mereka diperjualbelikan.

Sementara itu, Yayasan Tahir Foundation telah menyiapkan dana sebesar Rp 100 miliar sebagai tahap awal untuk pembangunan pusat riset tersebut. CEO Yayasan Tahir Foundation Dato Sri Tahir mengatakan, pusat riset ini diharapkan bisa bekerja dengan komprehensif dan mampu menyelesaikan masalah anak jalanan dengan tuntas.

Tahir menjelaskan, model pusat riset ini nanti di dalamnya ada sekolah vokasi yang memberikan pelatihan, dan pendidikan sampai tingkat sekolah menengah atas. Hal ini dilakukan agar anak-anak jalanan bisa betah, sehingga pusat riset tersebut tak hanya sekadar sebagai tempat untuk memberikan pelatihan tetapi juga tempat tinggal. Tahir menambahkan, program yang akan dibangun bersifat efektif, jangka panjang, dan berkelanjutan.

Kemensos Builds Research Center for Street Children

Republika, page 5

Ministry of Social Affairs in cooperation with the Tahir Foundation will establish a research center for social welfare issues. It is in line with Tahir Foundation’s commitment to address the street children in Indonesia.

Minister of Social Affairs Khofifah Indar Parawansa said in Jakarta, Monday (21/3), the Ministry of Social Affairs (Kemensos) actually has a program whereupon at the end of 2017 Indonesia would be free of street children.
Kemensos also sees the additional risk experienced by street children which is sexual exploitation.  Not only that, Indonesia is also now shocked by the number of children who are missing and are indicated that their organs were bought and sold.

Meanwhile, Tahir Foundation has prepared Rp 100 billion as the initial stage for the construction of the research center. Foundation CEO Dato Sri Tahir said the research center is expected to work comprehensively and be able to resolve the problem of street children completely.

Tahir explained this research center model would later include a vocational school that provides training and education until high school level. This is done so that the street children can feel at home, so that the research center is not just as a place to provide training but also a place to stay. Tahir added that the program will be built to be effective, long-term and sustainable.

Kemdikbud: Soal UN Harus Bebas Unsur Politik

Suara Pembaruan, halaman 16

Belum lama ini ditemukan soal uji coba ujian nasional (UN) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kota Magelang, Jawa Tengah (Jateng) menggunakan nama salah satu calon gubernur DKI Jakarta. Soal tersebut ramai diperdebatkan oleh orangtua dan pengguna sosial media. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan rambu-rambu penyusunan soal. Salah satunya agat tidak memasukan nama atau kejadian yang bernuansa politik.

Hamid mengatakan bahwa sudah ada peraturan dalam pembuatan soal. Sebab pada tahun 2014 pernah terjadi soal UN yang dimasukan nama tokoh-tokoh politik. Sejak saat itu Puspendik membuat standar penyusunan soal untuk tidak memasukan tokoh yang berpotensial bermasalah.

Dijelaskan dia, adanya petunjuk pembuatan soal untuk menghindari kegaduhan. Apalagi di masa pemilihan kepala daerah (Pilkada) seperti saat ini. Maka, ia mengaku, untuk masalah soal yang ada di salah satu SMA di Magelang yang memuat nama salah satu cagub dan cawagub DKI Jakarta dalam soal cerita sudah dalam penangan Inspektorat Jenderal Kemdikbud.

Ditegaskan Hamid, meski soal tersebut kontennya tepat, tetap tidak dapat dibenarkan. Ia menyanyangkan kecolongan tersebut. Hal tersebut terjadi karena pihak Kemdikbud tidak dapat melakukan intervensi dalam penyusunan soal. Tanggung jawab penyusunan soal untuk uij coba murni dikerjakan oleh sekolah. Pihaknya hanya berupaya melakukan seleksi soal. Pusat memiliki tanggung jawab dalam pembuatan jutaan butir soal UN.

Kemdikbud: UN Questions Should be Free from Political Elements

Suara Pembaruan, page 16

It was recently discovered in the try outs of the national examinations (UN) for the subject of Indonesian in Magelang, Central Java (Jateng) that used the name of one of the candidates for Jakarta governor. The question was debated by parents and users of social media. Director General of Primary and Secondary Education (Dikdasmen) Muhammad Hamid said the government has issued guidelines on the preparation. One of them is not to enter a name or incident with the nuances of politics.

Hamid said that there are already regulations on the making of questions; because in 2014 there was the presence of UN questions that included the names of political figures. Since then Puspendik made drafting standard questions to exclude potentially problematic figures.

He explained the matter of guidelines in the making of questions is to avoid rows. Moreover during the local elections (Pilkada) as it is today. Thus, he claimed, for the issue of questions that exist in one of the high schools in Magelang that contained the names of one of the governor candidates (cagub) and vice governor candidate (cawagub) of Jakarta in a story question/problem is already being handled by the Inspectorate General of Kemdikbud.

Hamid affirmed, even though the content of the question was appropriate, it still could not be justified. He regretted it was missed.   This happens because the Kemdikbud could not intervene in the preparation of questions. The responsibility of drafting questions for try outs is purely done by the school.  His party only seeks to conduct selection of questions.  The center has the responsibility in making millions of items of UN questions.

Memberdayakan Sarjana Tunanetra dengan Soft Skills

The Jakarta Post, halaman 23

Meningkatnya jumlah penyandang tunanetra yang ingin mendapatkan gelar sarjana seiring dengan tingginya harapan mereka untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik dibanding rekan-rekan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Pada 2005, jumlah lulusan perguruan tinggi penyadang tunanetra hanya 250 orang. Saat ini, jumlahnya telah meningkat hingga 30 persen.

Namun, gelar sarjana saja tidak akan cukup untuk bersaing di dunia nyata. Para aktivis dari Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) menyadari bahwa meskipun lulusan tunanetra memiliki beberapa kompetensi dalam disiplin ilmu yang relevan, namun mereka juga tetap harus dibekali dengan kemampuan soft skill yang diperlukan guna mendapatkan pekerjaan. Awal bulan ini, Pertuni akan mengadakan pelatihan soft skill pra-kerja di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Dalam sesi pelatihan, Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati mengatakan, para penyandang tunanetra memiliki banyak peluang untuk bersaing, dan keterbatasan penglihatan seharusnya tidak mencegah mereka untuk berkontribusi kepada masyarakat. Pelatihan tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan keberanian untuk menawarkan kemampuan mereka ketika melamar pekerjaan atau mengembangkan bisnis mereka sendiri. Para penyandang tunanetra tersebut akan termotivasi untuk lebih melihat pada sisi positifnya, tidak terganggu dengan keterbatasan mereka, bahkan mampu menampilkan bakat mereka dengan lebih percaya diri. Sesi-sesi pelatihan yang diadakan meliputi cara belajar untuk hidup mandiri, melakukan debat dan diskusi kelompok, hingga simulasi dan permainan.

Dalam sebuah permainan, para peserta akan diminta untuk memilih bermacam-macam jenis bola atau telur, yang masing-masing mewakili penghasilan yang akan diperoleh dan resiko yang harus dihadapi. Aria menjelaskan, pesan dari permainan tersebut adalah mereka harus mampu mengisi posisi mereka dengan tepat tanpa memaksakan diri mereka sendiri.

Sementara itu, dalam permainan lainnya yang disebut dengan Alcatraz, peserta diminta untuk melangkah ke dalam kotak seperti yang diperintahkan oleh pemandu pelatihan. Hal itu dimaksudkan untuk mendorong mereka agar terus maju terlepas dari segala kegagalan, dan pada saat bersamaan menjaga pola pikir positif mereka serta mengubah kegagalan tersebut menjadi sebuah pelajaran untuk bertahan hidup. Debat dan diskusi juga dilakukan guna menambah rasa percaya diri mereka dan dapat memahami situasi saat wawancara kerja.

Dalam sesi pelatihan tersebut, para peserta digembleng oleh seorang instruktur bernama Albanyo Brebaham, seorang dosen psikologi di Universitas Yarsi, Jakarta, yang juga memiliki keterbatasan penglihatan. Aria menjelaskan, Alabanyo yang juga menyandang gelar Master Psikologi dari Universitas Indonesia (UI), ditunjuk sebagai instruktur untuk dapat memberikan motivasi dan menjadi panutan bagi para peserta.

Pelatihan serupa sebelumnya digelar di Jakarta, Yogyakarta dan Bandung, Jawa Barat. Setelah Malang, pelatihan nantinya akan diadakan di Surabaya, Jawa Timur dengan target 100 mahasiswa. Setelah mereka mendapatkan pelatihan selama empat hari, mereka diharapkan memiliki sikap interapersonal yang baik dan  kemampuan interpersonal yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Aria mengatakan, pelatihan pra-kerja ini juga akan diadakan untuk para mahasiswa tunanetra di Medan, Sumatera Utara, Manado, Sulawesi Utara, dan Aceh, Banda Aceh. Sementara itu, pihaknya juga tengah mempersiapkan program pelatihan untuk persiapan masuk universitas untuk para siswa SMA. Aria berharap pemerintah bisa membangun sistem pendidikan untuk para penyandang tunanetra dengan menyediakan layanan konseling, dukungan psikologis dan sekolah inklusi.

Empowering Blind Graduates with Soft Skills

The Jakarta Post, page 23

The increasing number of visually impaired people pursuing a higher education raises hope that they can earn a better income than their lower educated counterparts. In 2005, there were only 250 college graduates. Today, the number has increased 30 percent.

However, college degrees alone will not be enough to compete in the real world. Activists at the Indonesian Union for the Blind (Pertuni) realize that although visually impaired graduates possess some competence in relevant disciplines, there is a need to equip them with the necessary soft skills to get hired. Early this month, the organization held pre-employment soft skills training at Brawijaya University in Malang, East Java.

During the training session, Pertuni general chairperson Aria Indrawarti said they have a lot of opportunities to compete, and sightlessness should not prevent them from contributing to society. She said the training was expected to boost the confidence of the courage to sell their abilities when applying for jobs or develop their own businesses. They would be motivated to see the bright side – and not be bothered by their limitations but rather display their talents with greater self-confidence. Training sessions range from learning to be independent, debates and group discussions, as well as simulations and games.

In one game, the participants were asked to choose various balls and eggs, representing incomes to be gained and risks to be faced. Aria said about the message behind the game is they should be able to fill their proper positions without forcing themselves.

In another game called Alcatraz, participants were required to step into squares as instructed by trainer. It was meant to encourage them to go ahead in spite of failure while at the same time maintaining their positive mindset and making the failure a lesson for survival. Debates and discussion were also held to promote self-confidence and understand the circumstances during interviews.

The participants were trained by an instructor with low vision, Alabanyo Brebahama, who is psychology lecturer at Yarsi University, Jakarta. Aria said Alabanyo, who also holds a Master’s degree in psychology from the University of Indonesia (UI), was appointed the trainer to give motivation and serve as a role model for the participants.

Such training was previously held in Jakarta, Yogyakarta and Bandung, West Java. After Malang, it will be organized in Surabaya, East Java by targeting 100 students. Following the four day training, they are expected to possess good intrapersonal and interpersonal skills needed in the employment world.

Aria said the pre-employment training would also arranged for blind students in Medan, North Sumatera, North Sulawesi, and Aceh, Banda Aceh. In the meantime, she had to compile university preparation training programs for senior high school students. Aria hoped the government could establish an educational system for the blind covering counseling services, psychological support and inclusion schools.

Soal USBN Juga Bocor di Jakarta

Jawa Pos, halaman 1

Tidak hanya di daerah, kasus kebocoran soal ujian sekolah berstandar nasional (USBN) juga terjadi di ibu kota. Soal ujian yang bocor adalah PPKn dan PAI (pendidikan agama Islam). Modusnya, lembar soal ujian itu diunggah lebih dahulu di layanan cloud Google Drive. Kemudian, link atau tautan untuk mengunduh naskah itu disebar melalui jaringan WhatsApp (WA).

Diduga, kebocoran soal USBN di Jakarta tidak hanya terjadi untuk dua mata pelajaran itu. Apalagi hampir seluruh SMA di Jakarta menjalankan USBN berbasis kertas. Di setiap ruang ujian hanya ada dua variasi soal untuk setiap mata pelajaran yang diujikan.

Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta Fathurin Zen mengakui terjadinya kebocoran soal USBN di wilayahnya. Dia berjanji mencari akar penyebab kebocoran soal USBN tersebut. Menurut dia, titik kerawanan kebocoran soal USBN ada pada pembuat soal, guru, atau kepala sekolah.

Ia menjelaskan, 75 persen butir soal ujian dibuat musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Sisanya, 25 persen soal adalah titipan Kemendikbud. Dispendik DKI Jakarta, lanjutnya, telah mengimbau seluruh SMA di Jakarta untuk menindak tegas pelaku pembocoran soal.

Terkait hal itu, Mendikbud Muhadjir Effendy telah menugaskan tim Itjen Kemendikbud untuk menelisik kasus itu. Namun demikian, Kemendikbud masih menaruh kepercayaan terhadap integritas guru. Untuk guru yang tidak bisa menjaga integritas, Muhadjir berharap mereka diberi sanksi setimpal dan menjerakan.

USBN Questions Leaked in Jakarta

Jawa Pos, page 1

The leaking of test questions has happened not only in the regions, but also in the capital city. Subjects of the leaked questions are PPKn and PAI (Islamic Education). The questions are firstly uploaded to the cloud service Google Drive. Subsequently, the link to download the questions is distributed by WhatsApp (WA).

The leakage of USBN questions in Jakarta is predictably more than the two subjects mentioned. Almost all SMA in Jakarta run paper-based USBN. There are only two types of questions for each subject in each room test.

SMA Division Head of Education Agency DKI Jakarta, Fathurin Zen, admitted that the leak of USBN questions had occurred in his region. He promised to find the perpetrators of this leak. According to him, the most-likely propagators of the leak are the question writers, teachers, or headmasters.

He explained that 75 percent of test questions are written by Subject Teacher Discussion (MGMP). The remaining 25 percent of questions come from Kemendikbud. He said that Dispendik DKI Jakarta urged all SMA in Jakarta to take firm action against the perpetrator.

In responding to this case, Mendikbud, Muhadjir Effendy has assigned the Itjen team of Kemendikbud to investigate. However, Kemendikbud still believes in teachers’ integrity. Muhadjir hoped that those teachers who cannot maintain their integrity will respond as well as be wary of sanctions.

 

 

Soal USBN Diduga Bocor di Google Drive

Koran Sindo, halaman 2

Seorang guru sekolah menengah atas (SMA) yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan link soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang dibuat Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama Islam (PAI) telah bocor dan beredar melalui Google Drive dan WhatsApp.

Link tersebut, lanjutnya, sudah disebar di grup guru oleh salah satu guru di sekolah. Namun, tidak ada respon dari pihak berwenang. Soal yang bocor tersebut, baik soal tipe A dan B, cocok dengan aslinya. Sehingga, siswa yang mendapatkan bocoran soal tersebut dapat menjawab soal ujian dengan waktu singkat.

Menanggapi hal itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy akan melakukan pengkajian untuk mencari sanksi yang tepat bagi pelaku pembocor soal USBN. Kajian itu penting mengingat USBN baru pertama kali dilaksanakan. Mendikbud pun telah menugaskan Inspektur Jenderal Kemendikbud untuk menelisik kejadian dugaan kebocoran tersebut bersama dinas pendidikan setempat.

Sementara itu, Ispektur Jenderal Kemendikbud Daryanto mengatakan, pihaknya akan melakukan penelusuran untuk menyelidiki laporan tersebut. Ia juga merasa prihatin atas kejadian tersebut, karena USBN hanya ujian sekolah saja, bukan ujian nasional yang skalanya lebih besar. Terlebih, amanat untuk membuat soal USBN adalah guru, namun justru guru yang membocorkan soalnya.

Oleh sebab itu, Daryanto menegaskan, siapa pun yang nanti terbukti membocorkan, baik guru atau pun kepala sekolah, maka sanksinya akan dipecat. Ia pun akan menyelidiki motif dari aksi penyebaran soal ini, karena perilaku kecurangan tersebut sangat mencoreng dunia pendidikan.

USBN Questions Reputedly Leaked on Google Drive

Koran Sindo, page 2

A senior high school teacher who refuses to be named revealed that the National-Based School Test (USBN) questions have reputably been leaked and circulated through Google Drive and WhatsApp. The questions themselves were written by Subject Teacher Discussion (MGMP) for Civic Education (PKn), and Islamic Education (PAI)

She said that this link has been shared in the teacher’s group by one of the teachers at school. Yet, there was no response from the person-in-charge. Both type A and type B questions had been linked, matching the originals. In this way, students who received the leaked questions will be able to quickly answer the test questions.

In response to this, the Minister of Education and Culture (Mendikbud), Muhadjir Effendy, will review the matter before deciding on a fit sanction for the person who leaked these questions. The review is necessary because USBN is being held for the first time. Mendikbud assigned the Inspectorate General of Kemendikbud and the local education agency to investigate this case of questions being leaked.

Meanwhile, the General Inspector of Kemendikbud, Darayanto, said that his authority was to track and investigate the report in full. He was greatly concerned about this case because USBN is only the test in terms of its small scope, not the national exam that is the test in terms of the larger scope. Moreover, the writer of USBN questions is a teacher, but so too must be the person who leaked the questions.

Therefore, Daryanto underlined that whoever was proven to have leaked the questions, whether a teacher or a headmaster, they would be dismissed. He is also investigating the motive behind this case, as it disfigures the whole education field.