Kompas, halaman 12
Pemerintah Kota Surabaya terus melibatkan mahasiswa untuk mendampingi anak-anak putus sekolah atau rentan putus sekolah melalui program Campus Social Responsibility. Program yang berlangsung sejak 2014 ini dinilai berhasil karena hampir 65,7 persen anak putus sekolah setelah didampingi mahasiswa akhirnya melanjutkan sekolah. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, meski sekolah di Surabaya dari tingkat SD hingga SMP tidak dipungut biaya, masih banyak anak yang putus sekolah dan rentan pustus sekolah. Hal ini terjadi karena berbagai penyebab, seperti masalah keluarga atau anak harus mencari penghasilan.
Risma mengatakan, pendampingan oleh kakak asuh terhadap adik asuh itu penting guna menggali penyebab anak tidak bersekolah. Mahasiswa kemudian mencari cara agar adik asuhnya mau bersekolah kembali, setidaknya sampai lulus SMP.
Tiga tahun pertama program CSR, mahasiswa yang menjadi sukrelawan berhasil mendorong 320 anak dari dari 487 anak putus sekolah untuk kembali bersekolah. Adapun 264 anak rentan putus sekolah yang diasuh sukarelawan bertahan bersekolah. Risma menambahkan, Pemkot Surabaya menambah sasaran siswa rentan putus sekolah dan putus sekolah. Jika siswa mau sekolah, tapi kekurangan biaya, pemkot siap membantu.
Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo mengatakan, tahun ini 750 mahasiswa mendaftarkan diri untuk menjadi sukarelawan. Setelah diseleksi, ada 400 mahasiswa dari 26 perguruan tinggi yang akan mengasuh 400 anak putus sekolah di 31 kecamatan.