Kompas, halaman 12
Ujian nasional berbasis komputer dimaknai sebagai bagian dari upaya penyediaan sarana dan fasilitas pembelajaran. Sejumlah sekolah terpacu merakit dan membeli fasilitas sesuai standar era digital. Hal ini dinilai sebagai investasi untuk pembelajaran berkelanjutan. Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Tangerang Selatan (Tangsel) Dodi Syambodi mengatakan, pada Januari 2017, SMKN 5 Tangsel resmi pindah ke gedung sendirri di bilangan Pamulang. Di gedung itu kegiatan belajar ditunjang kapasitas jaringan internet 8 megabit per detik (mbps) dengan server bermemori 16 gigabit.
Bahkan di sekolah tersebut tersedia juga menara jaringan internet sendiri yang langsung terkoneksi dengan perusahaan penyedia jasa internet. Di halaman depan, sebuah geenrator siap bekerja kalau-kalau listrik mati ketika ujian nasional berbasis komputer (UNBK) berlangsung. Kekuatan server SMKN 5 Tangsel delapan kali lebih baik dari persyaratan yang ditetapkan Kemdikbud.
Cara serupa ditempuh SMK Al-Muhtadin, Depok, Jawa Barat. Empat komputer server kapasitasnya empat kali lipat dari persyaratan Kemdikbud. Sekolah itu memiliki 80 komputer meja orisinal, bukan rakitan. Harganya memang mahal, tapi manfaatnya bukan hanya untuk UNBK. Komputer itu bisa digunakan semaksimal mungkin untuk pembelajaran lima tahun mendatang.
Sejumlah SMK di Purwokerto, Jawa Tengah, juga bergegas membeli beberapa unit komputer menjelang UNBK Senin lalu. Kepala SMK Diponegoro I Ani Susanti mengatakan, dengan adanya peralatan, yaitu komputer baru, ke depannya bisa terus digunakan untuk siswa-siswi kelas multimedia. Sekolah tersebut membeli 6 komputer baru serta 1 komputer server pada awal 2017 dengan total dana Rp 30 juta.