Sekolah Bersiasat Atasi Keterbatasan Fasilitas

Kompas, halaman 12

Keterbatasan fasilitas tak mengurangi antusiasme sekolah menggelar ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Ada sekolah yang meminta siswa membawa laptop pribadi. Ada pula yang meminjam fasilitas sekolah lain. Para siswa tetap didorong untuk percaya diri mengikuti ujian. Di SMAN 34 Jakarta, misalnya, terdapat 288 siswa kelas XII yang mengikuti UNBK. Mayoritas menggunakan laptop pribadi. Meskipun begitu, sekolah menyediakan 32 komputer cadangan.

Wakil Kepala Sekolah SMAN 34 Endang Wardiningsih mengatakan, sebenarnya sekolah tersebut memiliki 80 komputer meja (desktop). Namun, pihak sekolah mempertimbangkan, apabila UNBK dibagi ke dalam tiga sesi, akan merepotkan sekolah. Jadi sekolah memutuskan untuk melakukan UNBK di satu sesi agar pengawasannya lebih mudah. Komputer yang digunakan adalah milik siswa. Sekolah hanya menyediakan delapan komputer sebagai server. Keputusan ini disosialisasikan kepada orangtua sejak awal 2017.

Di Kota Semarang, Jawa Tengah, sejumlah sekolah meminjam fasilitas pada sekolah lain. Kondisi ini dialami 18 siswa SMA Sepuluh Nopember Semarang. Mereka terpaksa mengikuti UNBK di SMK Negeri 3 Semarang. Sebab, di sekolah mereka, hanya tersedia lima unit komputer. Kepala SMA Sepuluh Nopember Imron mengatakan, dirinya selalu menekankan kepada siswa untuk tetap bersungguh-sungguh meski status mereka “menumpang” ujian di sekolah lain.

Sementara itu, Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kiki Yuliati mengatakan, BSNP bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mengumpulkan data rinci pelaksanaan UNBK ataupun yang berbasis kertas dan pensil (UNPK). Semua kendala akan dievaluasi untuk perbaikan.