Koran Sindo, halaman 2
Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) memutuskan menghentikan Program Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (SM3T) mulai tahun ini. Program ini dinilai tidak mampu menyediakan jumlah guru dalam waktu cepat. Hal itu diungkapkan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti Intan Ahmad.
Program SM3T adalah upaya pemerintah mengirimkan tenaga pendidk ke berbagai daerah terpencil di Indonesia. Program ini dikhususkan untuk sarja kependidikan yang baru lulus kuliah. Dengan gaji yang relatif besar, para perserta program ini minimal bertugas selama satu tahun. Peserta program ini juga diprioritaskan untuk diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) setelah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama satu tahun.
Sementara itu, Direktur Pembelajaran Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti Paristiyanti Nurwardani menjelaskan, penghentian program SM3T telah melalui kajian matang. Meskipun peminat program ini cukup tinggi, dalam praktiknya program ini tidak mampu memenuhi kebutuhan guru dalam waktu cepat. Padahal, lanjutnya, selain bertujuan mendapatkan guru profesional yang bisa bekerja dimana saja di seluruh Indonesia, program ini juga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan guru di Indonesia.
Dia mengatakan pengangkatan peserta SM3T untuk diangkat menjadi CPNS cukup panjang. Selain itu persyaratan program SM3T bahwa calon mahasiswa PPG harus fresh graduate justru menghambat proses rekrutmen calon guru karena banyak sarja kependidikan yang bukan fresh graduate yang ingin menjadi mahasiswa PPG.
Paris juga mengungkapkan, kajian untuk menghentikan program SM3T berjalan hampir satu tahun lamanya. Setelah mempertimbangkan berbagai aspek, pemerintah akhirnya memutuskan menggantikan SM3T dengan program hybrid/ Blanded Learning. Dengan program Hybrid Learning ditargetkan ada rekrutmen guru hingga 10.000 guru dalam satu tahun.