Republika,halaman 5
Sumber daya manusia yang dihasilkan oleh perguruan tinggi vokasi kerap tidak sesuai dengan kebututhan industri. Akibatnya, banyak lulusan pendidikan tinggi ini yang kemudian menjadi pengangguran karena tidak bisa diserap industri. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir.
Menurut Menristekdikti, salah satu upaya menyelaraskan pendidikan tinggi vokasi dengan kebutuhan industri itu, pada bulan November 2016 sebanyak lima menteri sepakat untuk mengembangkan pendidikan keahlian ini. Menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut, Kemenristekdikti segera bekerja sama dengan pihak industri merumuskan konsep dan menyusun program revitalisasi untuk pendidikan tinggi vokasi atau politeknik ini.
Program revitalisasi ini sudah dimulai awal 2017 dan dirancang agar semua lulusan pendidikan tinggi vokasi atau politeknik memiliki sertifikat kompetensi sehingga industri mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya. Setiap lulusan politeknik sangat membutuhkan sertifikat kompetensi, guna menunjang keahliannya. Sertifikat ini dikeluarkan oleh lembaga independen dan sebagaian akan ditanggung pemerintah.
Dalam program revitalisasi ini juga akan dilakukan pembaharuan kurikulum, yaitu penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri. Sehingga lulusan memiliki keahlian sebagaimana kebutuhan industri.
Program ini juga akan melakukan pemenuhan dosen dari industri, penerapan dual sistem dengan membangun teaching factory. Revitalisasi ini juga akan melakukan retraining/retooling untuk dosen politeknik yang sudah ada untuk meningkatkan keahliannya.
Direktorat Jendral Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengatakan, revitalisasi pendidikan tinggi vokasi bisa terlihat dari apa yang dibutuhkan oleh dunia industri dan kebutuhan itu sudah disiapkan oleh dunia pendidikan. Saat ini perusahaan tidak hanya melihat para pencari kerja hanya dari selembar ijazah, tapi keterampilan dan keahlian juga sangat diperhatikan.