Intoleransi Tinggi Dampak Pembelajaran Toleransi Tanpa Praktik

Suara Pembaruan, page 18

Sistem pendidikan di Indonesia, termasuk Jawa Barat masih sebatas teori tanpa praktik dalam keseharian. Kondisi ini akibat penetapan kurikulum yang mengedepankan pengetahuan semata tanpa memikirkan pentingnya sikap empati terkait berbagai perbedaan yang ada di masyarakat. Pada sisi lain, isu intoleransi ini potensial berkembang memecah belah masyarakat. Salah satu media yang menjadi sarana penyebaran isu tersebut adalah media sosial.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran, Selly Riawanti mengungkapkan, materi terkait toleransi untuk kehidupan di masyarakat heterogen seperti Indonesia tidak mencakup keragaman vertikal. Pendidikan keragaman agaman hanya di sekolah dasar, itu juga penekanannya hanya pada simbol. Sementara di perguruan tinggi semakin mengelompok per kelompok agama.

Selly mengatakan, sistem pendidikan sangat penting dalam upaya mengikis sikap intoleransi. Sayangnya sistem yang berlaku di Indonesia didominasi informasi yang sifatnya normatif. Siswa kurang waktu merefleksikan perbedaan-perbedaan horizontal dan vertikal di lingkungannya. Apalagi, perkembangan teknologi informasi memungkinkan siswa mendapat banyak informasi. Tanpa ada kemampuan mengolahnya, internet bisa jadi membuka dunia atau sentimen golongan.

High Intolerance the Impact of Tolerance Learning Without Practice

Suara Pembaruan, page 18

The education system in Indonesia, including West Java is still limited to theory without practice in everyday life. This condition is due to the determination of curriculum that prioritizes mere knowledge without thinking of the importance of empathy related to various differences that exist in society. On the other hand, this issue of intolerance could potentially develop into the division of society. One of the media that is the means of spreading the issue is social media.

Lecturer at the Faculty of Social and Political Sciences of Padjadjaran University, Selly Riawanti said the material related to tolerance for life in a heterogeneous society like Indonesia does not cover vertical diversity. Religious diversity education exists only in elementary school, which also emphasizes only on symbols. While in higher education it is increasingly clustered per religious group.

Selly said the education system is very important in effort to erode the attitude of intolerance. Unfortunately, the prevailing system in Indonesia is dominated by normative information. Students lack time in reflecting the horizontal and vertical differences in their environment. Moreover, the development of information technology allows students to obtain much information. Without the ability to process it, the internet could open the world or class/group sentiment.

Jalur Prestasi Dioptimalkan

Kompas, page 11

Pendaftar ke perguruan tinggi negeri lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) menurun dari tahun ke tahun. Hal ini seiring penetapan kuota pendaftar yang dibatasi berdasarkan akreditasi sekolah. Cara ini dioptimalkan untuk menjaring siswa berprestasi. Hasil seleksi mahasiswa baru lewat jalur prestasi rapor ataupun non-akademik lewat SNMPTN di SMA/SMK sederajat tahun ini dimumkan secara daring, Rabu (26/4). Sebanyak 101.906 orang diterima di 78 PTN. Mereka diseleksi dari 517.116 pendaftar.

Ketua Panitia Pusat SNMPTN 2017 Ravik Karsidi mengatakan, sejak 2016, penetapan pendaftar lewat jalur SNMPTN dilakukan pemeringkatan berdasarkan akreditasi sekolah. Dengan demikian, penyaringan lebih optimal karena jumlah siswa yang disaring berkurang, sesuai akreditasi sekolah.

Ravik mengatakan, SMA/sederajat dengan akreditasi A hanya dapat mendaftarkan 50 persen siswa terbaiknya. Yang berakreditasi B dipatok 30 persen, berakreditasi C sebanyak 10 persen. Adapun yang belum terakreditasi dipatok 5 persen.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristek Dikti Intan Ahmad mengatakan, penyelenggaran SNMPTN ini untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dengan nilai akademik yang baik untuk dapat masuk PTN. Sistem ini juga untuk menjamin PTN menjadi wadah yang terbuka buat semua anak bangsa yang berprestasi.

 

Achievement Path Optimized

Kompas, page 11

Applicants to state universities through the State Higher Education Entrance National Selection (SNMPTN) decreased from year to year. This is in line with the enforcement of registrant quota which is limited based on school accreditation. This method is optimized to capture achieving students. The results of the selection of new students through report card achievements or non-academic achievement through SNMPTN in SMA/SMK equivalents this year was announced online, Wednesday (26/4). A total of 101,906 people were admitted at 78 state universities. They were selected from 517,116 registrants.

Chairman of the Central Committee of SNMPTN 2017 Ravik Karsidi said, since 2016, determining applicants through the SNMPTN path is done by ranking based on school accreditation. Thus, screening is more optimal because the number of screened students is reduced, according to school accreditation.

Ravik said, SMA/equivalents with A accreditation can only register 50 percent of their best students. Those accredited B are set at 30 percent, accredited C as much as 10 percent. As for those not yet accredited are pegged at 5 percent.

Director General of Learning and Student Affairs Kemristek Dikti Intan Ahmad said this holding of SNMPTN is to provide the widest opportunity for students with good academic grades to be able to enter PTN. This system is also to ensure the PTN to become a platform open for all children of the nation who excel.

Panitia Pastikan Tak Ada Praktik Joki di Gelaran SBMPTN 2017

www.okezone.com

Ketua Panitia Pusat SNMPTN dan SBMPTN 2017 Ravik Karsidi menjamin tidak ada praktik kecurangan dan kebocoran soal atau pun joki saat ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Ravik menegaskan, pihaknya akan segera menindak jika ada terjadi kecurangan. Ravik juga mengimbau orang tua dan siswa untuk tidak percaya kepada oknum baik dari internal kampus dan dari luar yang menjanjikan dapat memberi kursi di perguruan tinggi negeri.

Ia menambahkan, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) seluruh Indonesia akan menerima 128.244 siswa melalui dengan rincian 63.685 kursi untuk ilmu sains teknologi dan 64.559 kursi untuk ilmu sosial humaniora. Pendaftaran SBMPTN akan ditutup pada 5 Mei 2017.

Ada delapan universitas yang baru ikut berpartisipasi pada SBMPTN 2017 di antaranya ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogjakarta dan ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) ISBI di Bandung. Sehingga total ada 85 pergurauan tinggi negeri yang terlibat pada SBMPTN dan menyediakan 2.954 program studi dengan 1.563 program studi untuk ilmu sains teknologi dan 1.391 program studi untuk ilmu sosial humaniora. Sementara itu bagi peserta Bidikmisi yang belum diterima SNMPTN 2017 apabila ingin mendaftar SBMPTN 2017 maka akan dibebaskan dari biaya pendaftaran.

Link: http://news.okezone.com/read/2017/04/26/65/1676989/panitia-pastikan-tak-ada-praktik-joki-di-gelaran-sbmptn-2017

The Committee To Ensure No Jockey in SBMPTN 2017

www.okezone.com

The Head of Central Committee of SNMPTN and SBMPTN 2017, Ravik Karsidi, assured there would be no cheating, question leaks or even jockeys in the Joint Admission Selection of State Universities (SBMPTN). Ravik underlined that his autonomy soon took action if cheating occurred. He reminded parents and students not to trust any party either inside or outside campus who ‘guaranteed’ them being accepted in the state universities.

He added that the State University (PTN) all over Indonesia would accept 128,244 students with the detail as follows: 63,685 places for science & technology, and 64,559 seats for social science & humanities. The SBMPTN registration will be closed on May 5, 2017.

There are eight universities that just participate in SBMPTN 2017, including ISI (Indonesian Institute of the Arts) in Yogyakarta and ISBI (Indonesian Art and Culture Institute) in Bandung. Therefore, there are 85 universities involved in total. They provide 2,954 study programs consisting of science & technology study programs (1,563) and social science & humanities study programs (1,391). Meanwhile, the Bidikmisi participants who had not been accepted through SNMPTN 2017 will have cost-free registration for SBMPTN 2017.

Link: http://news.okezone.com/read/2017/04/26/65/1676989/panitia-pastikan-tak-ada-praktik-joki-di-gelaran-sbmptn-2017

 

101.906 Siswa Lulus SNMPTN 2017

Republika, halaman 4

Sebanyak 101.906 siswa dinyatakan lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diumumkan pada Rabu (26/4) pukul 14.00 WIB. Jumlah tersebut merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh panitia pusat dari jumlah pendaftar sebanyak 517.166 siswa.

Dari jumlah yang dinyatakan lulus di PTN tersebut ada 27.058 siswa dari peserta Bidikmisi. Kuota peserta Bidikmisi mencapai 20,68 persen dari total peserta yang lulus. Pengumuman penetapan hasil SNMPTN 2017 disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Kemenristekdikti Intan Ahmad, di Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta.

Intan Ahmad mengatakan, SNMPTN 2017 merupakan tahap pertama dari tiga metode penerimaan mahasiswa baru PTN, selain SBMPTN dan Seleksi Mandiri. Menurut dia, penyelenggaraan SNMPTN bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dengan nilai akademik tinggi untuk masuk perguruan tinggi negeri.

Jumlah peserta yang diterima SNMPTN dari tahun 2015 sampai 2017 terus menurun. Pada tahun 2015, tercatat ada 137.005 peserta yang diterima SNMPTN, pada tahun 2016 menjadi 115.178 peserta, kemudian pada tahun 2017 turun menjadi 101.906 peserta. Intan Ahmad membenarkan ada fluktuasi jumlah siswa yang diterima lewat jalur SNMPTN. Menurutnya, hal ini sangat dipengaruhi oleh siswa.

Ketua Panitia Pusat SNMPTN dan SBMPTN 2017 Ravik Karsidi, menyatakan jumlah peserta yang dinyatakan lulus seleksi pada 78 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se Indonesia sebanyak 101.906 siswa atau setara 19,70 persen. Peserta yang dinyatakan lulus merupakan hasil seleksi panitia pusat dari jumlah pendaftar sebanyak 517.166 siswa dan 14.790 sekolah yang mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).

A Total of 101,196 Students Passed SNMPTN 2017

Republika, page 4

There were 101,196 students who passed National Selection of State University Entrance (SNMPTN). This was announced on Wednesday (26/4) at 14.00 WIB. They had been selected from 517,166 candidates based on the selection result as held by the central committee.

Of the 101,196 students who were accepted in PTN, 27,058 participants were from Bidikmisi, which accounted for 20.68 percent of the students who passed. The announcement of the stipulated results for SNMPTN 2017 was delivered by the Director General of Learning and Student Affairs (Dirjen Belmawa) of Kemenristekdikti, Intan Ahmad, in Building D of Kemenristekdikti, Jakarta.

Intan Ahmad said that SNMPTN 2017 was the first of three methods for new student admission of PTN, besides SBMPTN and Seleksi Mandiri. From his point view, the implementation of SNMPTN aims to give greater opportunities for the students who achieve high academic scores to pass on to the state universities.

However, the number of students passing SNMPTN had declined from 2015 until 2017, there being 137,005 participants (2015), 115,178 participants (2016), and 101,906 participants (2017) accepted through SNMPTN. In confirming the fluctuation in student numbers accepted through SNMPTN method, Intan Ahmad believed that this was largely due to the students themselves.

The Head of Central Committee of SNMPTN and SBMPTN 2017, Ravik Karsidi, stated that the total number of students who passed the selection for the 78 State Universities (PTN) across Indonesia were 101,906 student or equal to 19.70 percent. The participants who passed were the selection results of the central committee from the 517,166 students and 14,790 schools recorded on the Database of Schools and Students (PDSS).

 

 

 

Siswa SMK Lebih Butuh Praktik dibanding Teori

The Jakarta Post, halaman 14

Sekolah menengah kejuruan (SMK) membutuhkan lebih banyak praktik ketimbang teori, karena para lulusannya mengalami kesulitan untuk memenuhi tuntutan pasar kerja akibat terbatasnya kemampuan mereka.

Seorang siswi jurusan jaringan IT, Sri Sulasih, mengatakan, di sekolahnya, yaitu SMK Tunas Teknogi, Bekasi, Jawa Barat, ia masih lebih banyak menerima pelajaran teori ketimbang praktik. Siswi berusia 18 tahun itu mengatakan, ia lebih banyak belajar teori di ruang kelas, yaitu selama 17 jam per minggu, dibanding belajar praktik di workshop yang hanya 8 jam per minggunya.

Hal serupa juga dialami siswa di SMK Teknik 10 Nopember, Jakarta Timur. Mereka harus menerima kenyataan belajar praktik dengan peralatan yang sudah ketinggalan zaman. Taryoto, ketua bidang kurikulum di SMK tersebut mengatakan, sekolah kadang-kadang menerima dana dari pemerintah, namun tidak pernah digunakan untuk membeli peralatan baru dari sejak berdirinya sekolah itu pada 2007. Karena, lanjutnya, ada hal lebih penting yang harus didahulukan dalam penggunaan dana tersebut.

Para Investor lokal dan asing sering mengeluh karena susahnya mendapatkan tenaga terlatih dengan kualifikasi mumpuni di bidang industri manufaktur, meskipun dari sisi jumlah sudah cukup untuk memenuhi permintaan.

Data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan bahwa sektor manufaktur tiap tahunnya membutuhkan 600.000 tenaga kerja baru, dimana jumlah itu sesuai dengan angka lulusan yang juga mencapai 600.000 tiap tahunnya.

Untuk mengatasi masalah kesenjangan dalam keterampilan kerja, Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah meminta untuk melakukan perombakan sistem pendidikan kejuruan, terutama dalam hal keterampilan kerja di bidang industri manufaktur. Sektor-sektor yang saat ini tengah menjadi fokus pemerintah antara lain garmen, animasi, pemrosesan makanan dan minuman, otomotif dan pengolahan bahan kimia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dari 2017 hingga 2019 akan diadakan pelatihan keterampilan kerja di bidang manufaktur yang menghubungkan para lulusan SMK dengan dunia industri, disamping memberikan lebih banyak waktu untuk melakukan praktik di worskshop-workshop.

Pada Desember lalu, pemerintah juga meluncurkan Program Magang Nasional yang bertujuan untuk membantu dunia industri dalam menyerap dan melatih siswa SMK.

Namun demikian, perbaikan sistem tersebut terkendala oleh terbatasnya anggaran. Saat ini, menurut data Kemendikbud, ada 6.000 SMK yang memfokuskan untuk peningkatan kemampuan di bidang manufaktur, dengan jumlah siswa sebanyak 1,8 juta.

Direktur pengembangan SMK Kemendikbud, Mustaghfirin Amin, mengatakan, masing-masing sekolah tersebut membutuhkan anggaran hingga Rp 40 miliar untuk tiap enam tahun guna memperbarui peralatan praktik mereka. Hal ini berarti dibutuhkan pengeluaran sebesar Rp 40 triliun jika SMK-SMK itu digabungkan.

Namun, lanjut Mustaghfirin, pemerintah hanya mengalokasikan dana sebesar Rp 1 triliun dalam anggaran Kemendikbud dan dana tambahan sebesar Rp 1,9 triliun dalam dana alokasi khusus (DAK) untuk membiayai 13.600 SMK di seluruh Tanah Air.

Vocational school students seek action more than words

The Jakarta Post, page 14

Vocational schools (SMKs) long for action more than words as they face difficulties matching graduates with prevailing labor markets due to the limited skills of graduates.

IT network student Sri Sulasih said she still received more theory than practice at SMK Tunas Teknologi in Bekasi, West Java. The 18-year-old said she spent more time in the classroom, learning theory for 17 hours per week, than practicing her skills at workshops. Practice time is only eight hours per week.

Students at SMK Teknik 10 Nopember in East Jakarta share similar challenges. They are also challenged by the reality of outdated practice equipment. Taryoto, the school’s curriculum head, said the school sometimes obtained funds from the state, but it had never used the funds to buy new equipment since the school’s establishment in 2007. He claimed that something of higher importance always came up that required funding.

Local and foreign investors often lament the difficulty of finding skilled Indonesians with good enough qualifications for the manufacturing industry, even though supply is already sufficient to meet demand.

Data from the Industry Ministry shows that the manufacturing sector needs a new workforce of 600,000 people ever year, a figure matched by 600,000 graduates per year.

To solve the skills-gap issue, President Joko “Jokowi” Widodo has called for an overhaul of the vocational education system, especially in manufacturing industry skills.

Garments, animation, food and beverage processing, automotives and chemical processing are among the sectors that the government is presently focusing on.

The goals set out include training as many as 1 million workers with manufacturing skills from 2017 to 2019, linking graduates from SMKs with industry and providing more time for practice workshops.

The government also launched the National Internship Program in December. The program will help industry absorb and train vocational school students.

Improving the system, however, is difficult due to a limited state budget. According to the Culture and Education Ministry, there are 6,000 SMKs that focus on manufacturing skills. These SMKs have 1.8 million students at present.

The Culture and Education Ministry’s SMK development director, Mustaghfirin Amin, said each of these schools needed up to Rp 40 billion (US$3 million) every six years to renew their equipment, meaning that Rp 40 trillion in spending is needed for the SMKs combined.

However, Mustaghfirin said the government had only allocated Rp 1 trillion in the ministry’s budget and an additional Rp 1.9 trillion in a special fund allocation (DAK) for all 13,600 SMKs nationwide.