Pertajam Relevansi Pendidikan

Kompas, halaman 12

Kebijakan pendidikan beserta program studi tak berjalan seiring dengan tuntutan kebutuhan di masyarakat. Hal itu, antara lain, karena belum ada grand strategy pendidikan nasional secara baku. Perlu reformasi disertai penajaman relevansi program studi sesuai dinamika zaman. Dalam porsi program studi di perguruan tinggi, misalnya, terjadi kesenjangan antara bidang sains-teknik dan ilmu sosial-humaniora. Bidang sosial-humaniora masih dominan, yakni mencapai 13.611 program studi (57 persen), sementara bidang sains-teknik 10.136 (43 persen).

Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan, kebutuhan akan tenaga insinyur untuk infrastruktur pada 2015-2019 mencapai 65.483 hingga 237.987 orang. Sementara penambahan per tahun hanya 65.483 hingga 49.891. Dalam satu dekade terakhir, lulusan perguruan tinggi terserap di sektor jasa, industri listrik, gas, dan air, serta infratruktur. Perkiraan tren 30 ke depan menunjukkan, ketiga sektor tersebut akan terus berkembang dan berperan sentral dalam perekonomian nasional.

Menurut Satryo, masalah utama dalam pendidikan tinggi adalah lebih menggunakan pola pendididkan berbasis input. Padahal, mengacu pada standar internasional, sudah harus bergeser berbasis pada outcome base (berbasis luaran). Ia mengatakan, Indonesia memerlukan perubahan standar pendidikan tinggi dari berdasarkan masukan menjadi berdasarkan luaran. Kalau itu sudah ditempuh, baru akan mendapat pengakuan internasional.

Terkait dengan kebijakan pemerintah dalam pengembangan vokasi, Satryo mengingatkan perlunya keunikan pada bidang keahlian yang menjanjikan keahlian khusus sesuai perkembangan masyarakat. Contohnya, di Jepang hanya ada lima technical college (semacam SMK) dan semuanya terintegrasi dengan industri besar.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek da Dikti Kemristek dan Dikti Patdono Suwignjo mengakui kesenjangan lulusan perguruan tinggi. Bahkan, riset pun tidak sejalan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Karena itu, masalah relevansi pendidikan tinggi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi harus menjadi perhatian bersama.

Leave a comment