Sekolah Penyemai Nilai

Kompas, halaman 12

Sekolah belum sepenuhnya berfungsi sebagai penyemai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Justru sering kali, sekolah menjadi tempat berkembangnua ideologi yang berisiko memecah belah bangsa. Perlu dilakukan gerakan sekolah yang ramah hak asasi manusia. Direktur Peace Generation Indonesia Irfan Amali mengatakan, saat ini, sekolah adalah tempat terjadinya begitu banyak hal negatif pada siswa. Mulai dari perundungan hingga menjerat siswa dengan paham-paham ekstrem yang mengakibatkan siswa ‘hilang’ sentuhan dengan keluarga dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan penelitian Peace Generation Indonesia, empat dari lima guru tidak mengetahui dampak negatif perundungan ataupun penyebaran ideologi anti-Pancasila. Mereka beranggapan wajar jika siswa, terutama remaja, sering meledek teman ataupun penasaran pada hal-hal di luar pelajaran. Ketidakpahaman guru mengakibatkan mereka tidak bisa menjadi sumber informasi yang akurat ketika siswa menanyakan berbagai hal yang membuat mereka galau. Hal ini membuat siswa berkesimpulan ideologi ekstrem adalah jalan keluar dari permasalahan mereka.

Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo mencontohkan, pemilihan kepala daerah telah memicu terjadinya banyak sentimen diskriminatif di masyarakat. Bahkan, guru-guru yang semestinya memberi pencerahan kepada siswa juga terbawa arus emosi dan ideologi politik yang tidak sesuai dengan Pancasila. Lebih memprihatinkan lagi karena perundungan berdasarkan perbedaan latar belakang agama, keyakinan, dan suku bangsa justri lebih banyak terjadi di sekolah negeri yang seharusnya menjadi wadah kerukunan bangsa. Dalam pemberian akreditasi sekolah, kata Henny, faktor pemenuhan HAM harus diperhatikan, tidak hanya dari segi sarana dan prasarana. Cermati juga cara sekolah merekrut guru dan materi ajar yang diberikan guru kepada siswa.

Komisioner Komnas HAM M Nurkhoiron mengatakan, sekolah tidak lagi tempat menambah wawasan dan belajar mengenai kebebasan berekspresi, tetapi tempat indoktrinasi. Padahal, sekolah idealnya tidak menjadi refleksi kejadian di masyarakat, sekolah adalah tempat membahas permasalahan di masyaralat secara kritis dengan tujuan mengembangkan perspektif siswa.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s