Gerakan Literasi Dorong Siswa dan Guru Berkarya

Kompas, halaman 12

Sekolah berperan penting dalam mengembangkan kreativitas siswa dan guru untuk mendongkrak literasi bangsa. Sekolah dapat mengembangkan keunggulan dalam literasi yang dimulai dari membaca hingga menulis. Jika perlu, gerakan literasi sekolah tidak sekadar rutinitas. Saatnya mendorong gerakan literasi melahirkan karya otentik dari siswa dan guru. Paling tidak, semangat ini diusung SMA Labschool Jakarta, sekolah ini di bawah Universitas Negeri Jakarta.

Di sekolah tersebut tidak hanya menyediakan perpustakaan dengan fasilitas buku-buku yang menarik dan desain ruangan perpustakaan yang ramah dan nyaman, tetapi pembelajaran di sekolah pun dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi siswa. Kepala SMA Labschool Jakarta Suparno Sastro mengatakan, pada abad ke-21 literasi menjadi keniscayaan. Kompetensi literasi yang baik akan menghambat ancaman hoaks. Masyarakat pun tidak gampang terprovokasi berita palsu.

Guru Bahasa Indonesia SMA Labschool Jakarta Renni Haerani mengatakan, awalnya siswa “dipaksa” menulis. Salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI adalah menulis cerpen. Dari karya siswa tersebut dipoles untuk jadi kumpulan cerita pendek. Hal ini mendorong mereka terus terinspirasi untuk menulis. Ada sembilan buku kumpulan cerita pendek siswa hingga saat ini. Menurut Renni, kemampuan menulis dibutuhkan siswa untuk memenuhi kewajiban membuat karya ilmiah di kelas akhir. Siswa dari sekolah ini membuat satu karya ilmiah yang dibimbing guru untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah.

Dorongan menulis siswa juga karena para guru memberi inspirasi. Guru mengembangkan metode pendidikan yang membuat siswa harus proaktif mencari literatur, tidak hanya di internet, tetapi juga melalui buku-buku bacaan di perpustakaan. salah satu guru yang mengampu Pendidikan Kewarganegaraan, Satriawan Salim, aktif menulis di media sosial dan media arus utama. Kumpulan tulisannya yang kedua diluncurkan bersamaan kumpulan cerpen siswa.