The Jakarta Post, halaman 5
Ribuan mahasiswa dan dosen dari 16 universitas dan perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) berduyun-duyun ke Taman Nostalgia di Kupang, Kamis (11/5), dimana mereka menggelar deklarasi menolak semua bentuk paham radikalisme di kampus-kampus.
Acara tersebut digelar di tengah tingginya kekhawatiran atas meningkatnya pengaruh Islam radikal, terutama setelah Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dinyatakan bersalah atas kasus dugaan penistaan agama pada Selasa lalu (9/5). Banyak pihak mengkhawatirkan keputusan terhadap Ahok, seorang Tionghoa beragama Kristen tersebut, dapat mempengaruhi para pendukung kelompok garis keras melakukan tindakan-tindakan intoleran.
Deklarasi tersebut dibacakan oleh Fredrik L Benu, Rektor Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang. Ia mengatakan, deklarasi tersebut dibuat sebagai tanggapan atas semakin meningkatnya tantangan terhadap persatuan nasional. Fredrik menambahkan, ada sekelompok kecil dengan kepentingan tertentu yang dapat membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berserta keragaman dan pluralismenya.
Di Bandung, sayap pemuda Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), telah memperingatkan para anggotanya di seluruh Indonesia untuk mewaspadai paham radikalisme dan menghindari untuk bertindak main hakim sendiri terhadap kelompok-kelompok radikal dan intoleran.
Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan, peringatan tersebut diperlukan, terutama wacana intensifikasi mengenai paham radikalisme menyusul pengumuman pemerintah yang akan memulai prosedur pembubaran kelompok Islam garis keras Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Yaqut mengatakan, ada beberapa langkah yang harus diambil sebagai bagian dari proses hukum pembubaran HTI. Langkah pemerintah itu, tambahnya, jangan dipandang sebagai bentuk penindasan terhadap organisasi Islam, karena HTI bukan merupakan organisasi yang bergerak di bidang dakwah.
Yaqut mengatakan, HTI secara jelas memilliki visi untuk mengambil alih negara dan menjadikannya kekhalifahan Islam. Mereka tidak hanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila namun juga berkeinginan untuk menghapus prinsip-prinsip bangsa. Para anggota GP Ansor, lanjutnya, harus tetap waspada terhadap usaha-usaha HTI dalam merekrut para pemuda Muslim.