Republika, halaman 5
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Suyatno menilai kurikulum pendidikan di Indonesia diarahkan untuk memenuhi dunia kerja. Menurutnya, kurikulum di Tanah air terlalu teknis-administratif dan berorientasi terkait pekerjaan.
Suyatno mengatakan, kurikulum diarahkan untuk memenuhi dunia kerja, belum untuk membangun peradaban. Selain itu orientasi pada outcome, belum pada kehidupan jangka panjang, apalagi perjalanan sesudah kematian. Padahal, kata dia, hanya orang pandai yang bisa merubah dunia. Ia mengutip pernyataan mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh yang anda gunakan untuk mengubah dunia.
Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, kata dia, juga mengingatkan adanya perbedaan bakat dan keadaan hidup antara anak didik yang satu dengan yang lain termasuk daerah pertanian, perdagangan, pelayaran dan lainnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan diadakannya diferensiasi untuk memperbesar kemanfaatan bagi anak didik maupun masyarakat, dan negara.
sementara itu, Ketua Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Bahrul Hayat, mengatakan, model terlemah kurikulum adalah terlalu banyak yang diinginkan kurikulum, tapi kedalamannya sangat dangkal. Kurikulum, lanjutnya, seharusnya membuat anak tahu apa yang dia tuju dan berjalan setahap demi setahap secara vertikal.