The Jakarta Post, halaman 10
Dengan kemampuan menulis yang tidak memadai dan kurangnya dana, para peneliti Indonesia berjuang untuk menghasilkan makalah ilmiah untuk jurnal internasional.
Banyak dari mereka tidak menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan tempat dalam jurnal ilmiah yang kompetitif, dan beberapa bahkan mengeluarkan dana untuk mempublikasikan jurnal ilmiah mereka.
Mustofa, Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, banyak mahasiswanya yang menghadapi kesulitan dalam mempersiapkan proposal-proposal penelitian dan penulisan tesis yang baik karena keterbatasan kemampuan menulis mereka.
Dalam sebuah seminar dan lokakarya tentang penulisan penelitian medis yang digelar selama dua hari di kampus UGM, Mustofa mengatakan, hal itu menjadi keprihatinan karena mereka sebelumnya telah mengambil mata kuliah tentang penulisan di semester awal mereka kuliah. Seminar dan Lokakarya selama dua hari itu diikuti sekitar 60 peserta dan terselenggara atas kerja sama program studi ilmu kedokteran UGM dengan komunitas IMel (Indonesia Medical Literacy).
Mustofa, yang juga seorang professor di bidang farmasi mengatakan, hanya sebanyak 30 persen naskah tesis yang diajukan oleh mahasiswa pascasarjana untuk jurnal ilmiah yang layak dipublikasikan.
Mengutip data dari SCImago Journal & Country Rank, Mustofa mengatakan, Indonesia berada di peringakat 57 dari 239 negara berdasarkan jumlah makalah ilmiah yang dipublikasikan. Sementara untuk kawasan Asia, Indonesia berada di peringkat 11, jauh di bawah negara tetangga Singapura dan Malaysia.
Menurut data tersebut, Indonesia mempublikasikan sebanyak 39.719 jurnal ilmiah, sementara Singapura dan Malaysia, yang berada di peringkat 32 dan 35, masing-masing mempublikasikan sebanyak 215.553 dan 181.251 jurnal ilmiah.
Peringkat teratas ditempati oleh Amerika Serikat dengan lebih dari 9 juta jurnal ilmiah, diikuti China dengan lebih dari 4 juta jurnal ilmiah. Selanjutnya adalah Inggris, Jerman dan Jepang, yang masing-masing telah mempublikasikan lebih dari 2 juta jurnal ilmiah.
Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Sadjuga, mengatakan, rendahnya anggaran penelitian menyebabkan rendahnya kualitas jurnal ilmiah. Karena, itu membatasi kesempatan para dosen untuk melakukan penelitian. Sadjuga mengatakan, Kemenristekdikti tengah berusaha untuk meningkatkan jumlah dana penelitian agar jumlah jurnal ilmiah yang dipublikasikan juga meningkat.