Kompas, halaman 11
Pendidikan kewirausahaan di sekolah dengan memberikan pengalaman menjalankan usaha tidak sekadar bermakna membangun semangat kewirausahaan pada diri siswa sejak dini. Upaya tersebut dapat diarahkan pada penguatan karakter dan kecakapan sesuai tuntutan abad ke-21. Wakil Kepala SMA Highscope, Indonesia Nurida mengatakan, tumbuhnya semangat dan kompetensi wirausaha di kalangan anak muda sejak usia dini dapat mendorong semangat cinta Indonesia. Kelak, mereka akan mengembangkan semangat wirausaha untuk memajukan produk-produk asli Tanah Air berdaya saing global.
Pendidikan kewirausahaan antara lain diwujudkan pada kegiatan Business Day (Hari Wirausaha) bagi siswa pendidikan anak usia dini hingga SMA di Sekolah Highscope Indonesia untuk menyiapkan siswa menjadi wirausaha tangguh dan pemimpin beretika di masa depan. Kegiatan Business Day mengasah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir kompleks, kreatif, dan inovatif, bisa berkolaborasi, berani mengambil resiko, dan mengelola uang dengan baik.
Penguatan kewirausahaan juga diterapkan di pendidikan vokasi dengan menerapkan teaching factory atau tempat praktik kerja bagi siswa. Kegiatan itu tidak hanya untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Praktik kerja di teaching factory yang dibentuk institusi pendidikan vokasi berpotensi mengasah karakter dan keterampilan nonteknis (soft skills) yang juga penting di dunia kerja.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta Mochammad Heri Edy, STP Jakarta yang merupakan salah satu satuan pendidikan tinggi di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, menggunakan sistem pendidikan vokasi, dengan pendekatan teaching factory. Porsinya 70 persen praktik dan 30 persen teori. Pendekatan teaching factory menghadirkan dunia usaha dan industri yang sesungguhnya di dalam kampus. Mahasiswa atau taruna di Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan, misalnya, dididik untuk menjalankan usaha pengolahan sesuai dengan standar yang ditetapkan.