Kompas, halaman 11
Penerimaan siswa baru di sekolah dasar negeri tidak memprioritaskan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung calon murid baru. Seleksi dilakukan dengan melihat rentang usia calon murid baru. Wakil Kepala SD Negeri 02 Lebak Bulus, Jakarta Elanda Rostina mengatakan, sistem komputer menyeleksi calon murid baru yang usianya 7-12 tahun. Apabila usianya di bawah 7 tahun atau di atas 12 tahun, sistem otomatis mengeliminasi mereka. Semua proses pendaftaran siswa baru SD negeri di DKI Jakarta tahun ini dilakukan secara daring pada 5-7 Juni.
Karena itu, kemampuan calon murid baru di dalam membaca, menulis, dan berhitung tidak merupakan prioritas. Lagi pula, lanjut Elanda, ketika anak-anak tersebut duduk di kelas I, semua dipelajari kembali dari nol. Selain itu, sekadar belajar membaca dan menulis tidak langsung membuat kemampuan analitis anak berkembang.
Dosen psikologi pendidikan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Debi Pristinella, memaparkan, kesiapan anak untuk masuk SD tidak hanya dilihat dari sisi kognitif. Justru lebih penting sisi kemandirian, penguasaan emosi, dan perilaku sosial anak. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah mematangkan faktor-faktor tersebut. Ia mengatakan, secara alami, pada anak usia 3-6 tahun, otak mereka memang belum mampu mencerna pelajaran membaca, menulis, dan berhitung secara konvensional.
Ia menambahkan, pematangan motorik, terutama motorik halus, merupakan fase penting. Debi mengatakan, caranya bermacam-macam, mulai dari permainan pasir, tanah liat, hingga mencorat-coret kertas dengan pensil warna ataupun kuas. Otot-otot yang dibutuhkan untuk menulis menjadi terlatih tanpa perlu membuat anak stres.