The Jakarta Post, halaman 3
Rachmawati telah mengelola sekolah madrasah selama sekitar 10 tahun dan selalu berusaha membuat para siswanya merasa nyaman ketika mengikuti pelajaran agama Islam di madrasah-nya, misalnya dengan mengatur jam belajar sekolah madrasah-nya itu setelah jam belajar sekolah regular.
Rachmawati adalah Penasihat Utama Yayasan Sa’adatul Kaffah yang mengelola Madrasah Mawaddah War Rahmah di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Pada 2015, ujarnya, sekolah madrasah-nya itu telah mengubah jam mulai belajarnya menjadi jam 3 sore untuk siswa kelas awal dan jam 4 sore untuk siswa kelas akhir, karena adanya penambahan jam belajar di sekolah reguler.
Rahcmawati mengatakan, adanya keinginan keras pemerintah untuk memperpanjang jam belajar sekolah regular pada ajaran baru di bulan Juli nanti membuatnya tidak memilki pilihan lain selain mengubah lagi jadwal belajar harian madrasah-nya untuk kali kedua.
Pendidikan sekolah madrasah di Indonesia meliputi pendidikan formal dan non-formal dengan berbasiskan pendidikan agama Islam. Pendidikan di sekolah madrasah non-formal (madrasah diniyah) hanya mengajarkan materi pelajaran agama Islam, dan biasanya diikuti oleh siswa setelah pulang dari sekolah reguler mereka.
Menurut data Kementerian Agama (Kemenag), saat ini ada sekitar 70.000 madrasah diniyah di Tanah Air. Adanya tentangan dari sekolah madrasah menjadi perhatian utama pemerintah dalam memastikan kelancaran pelaksanaan kebijakan lima hari sekolah. Kericuhan berujung pada adanya kekhawatiran bahwa kebijakan tersebut akan menggangu eksistensi sekolah madrasah, dimana jadwal belajar mereka biasanya seusai jam belajar sekolah reguler.
Berdasarkan kebijakan baru tersebut, siswa yang saat ini belajar selama lima jam menjadi delapan jam dalam sehari dan lima hari dalam sepekan. Sebagai gantinya, siswa akan mendapatkan libur pada hari Sabtu.
Ormas-ormas Islam di seluruh Tanah Air, seperti Nahdatul Ulama (NU) yang merupakan ormas Islam terbesar di Indoensia dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mendesak pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan tersebut guna menyelamatkan eksistensi madrasah. Sedangkan, Muhammadiyah yang merupakan ormas Islam terbesar kedua di Indonesia, dimana Mendikbud Muhadjir Effendy diketahui sebagai anggota senior dalam organisasi itu, terlihat mendukung kebijakan tersebut.
Di tengah meningkatknya kekhawatiran terkait kebijakan tersebut, Mendikbud Muhadjir pada Selasa lalu meminta pihak sekolah madrasah untuk tidak mengkhawatirkannya karena saat ini pemerintah tengah menyiapkan pedoman-pedoman guna memastikan eksistensi madarasah tidak akan terkesampingkan dengan adanya kebijakan lima hari sekolah tersebut.