996 Guru SM3T dapat Asuransi

Media Indonesia, halaman 12

Perhatian pemerintah kepada guru yang mengabdi di daerah akan terus ditingkatkan. Salah satunya adalah kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Asuransi BRI Life yang memberikan asuransi mikro kecelakaan, kesehatan, dan meninggal dunia (AMKM) kepada 996 guru program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).

Pada pelaksanaan workshop program SM3T 2016, pekan lalu, Direktur pemasaran BRI life Fabiola N Sondakh secara simbolis menyerahkan polis asuransi kepada wakil guru dari Papua. Dalam kesempatan itu, Head of Bancassurance BRI, Dwi Bambang Wicaksono, mengatakan, program AMKM akan memberikan manfaat besar bagi para guru jauh melebihi premi yang harus dibayarkan.

Sementara itu, Ketua penyelenggara Program SM3T Kemendikbud, Renny Yunus, mengatakan, program SM3T merupakan program pengabdian para sarjana pendidikan. Dalam program itu, mereka berpartisipasi guna mengatasi permasalahan pendiikan dengan melakukan percepatan pengembangan pendidikan di daerah.

Minat Sains pada Anak Perlu Ditingkatkan

Koran Sindo, page 1

Kementerian Pendidikan danKebudayaan (Kemendikbud) akan mendesain ulang pembelajaran di sekolah agar minat siswa pada sains meningkat. Saat ini, Kemendikbud sedang mendesain pola pembelajaran yang lebih baik di tingkat SD dan SMP dengan menekankan substansi pembelajarannya pada literasi dan numerasi.

Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan, Kemendikbud tidak akan memperbanyak mata pelajaran namun memperbanyak aktivitas anak untuk membuat proyek, model atau simulasi di bidang sains. Kemendikbud juga akan membangkitkan karakter anak yang cinta sains denga menumbuhkan rasa ingin tahu melalui fenomena di lingkungan sekitar.

lanjut Muhadjir menambahkan, diperlukan guru yang berkualitas sebagai ujung tombak untuk menunjang keberhasilan program tersebut. Karena, lanjut Muhadjir, mereka yang akan mengarahkan anak untuk mengobservasi, bertanya, mencari jawaban, pengumpulan data hingga merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah.

Sementara, Senior Advisor for Knowledge Management and Communications Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia Totok Amin Soefijanto mengatakan, adanya event seperti Pertamina Olimpiade Sains (POS) dan Pertamina Science Fun Fair sangat bagus untuk menumbuhkan minat sains pada anak sejak dini. Kompetisi, lanjut Totok, dibutuhkan untuk memicu kecintaan anak ada sains karena diajarkan berkolaborasi agar karya yg dihasilkan semakin baik.

Ketua SNMPTN: Pendidikan Indonesia Semakin Mundur

Suara Pembaruan, halaman 19

Belum lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya akan melakukan kajian terhadap pelaksanaan ujian nasional (UN) yang pada masa mendatang, UN tidak perlu dilakukan setiap tahun, jika tujuannya hanya untuk pemetaan. Pasalnya, hasil pemetaan dari UN ternyata tidak dimanfaatkan, padahal dana yang dialokasikan lebih dari Rp 500 miliar. Menyikapi hal itu, Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Prof Rochmat Wahab mengatakan, kebijakan itu adalah sebuah kemunduran pendidikan. Pasalnya, pendidikan Indonesia tidak memiliki standar nasional. Dalam hal ini, para siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar dan para guru tidak memiliki targat yang perlu dipenuhi.

Dijelaskan Rochmat, Ujian Akhir Semester (UAS) tidak dapat dijadikan rujukan untuk menilai kemampuan peserta didik. Sebab, banyak sekolah yang memanipulasinya demi menjaga nama baik sekolah. Hal ini diketahui berdasarkan hasil UN yang diterima panitia SNMPTN dan SBMPTN. Tercatat, banyak sekolah yang memiliki hasil UN rata-rata 6,5. Sedangkan UAS rata-rata targetnya 8,5.

Sehingga, ketika perguruan tinggi memutuskan hasil ujian menjadi salah satu dari persyaratan SNMPTN, maka hasil UN yang digunakan, bukan UAS. Sebab, UN dinilai lebih konsisten. Selanjutnya, terlepas dari fungsi UN untuk syarat masuk perguruan tinggi negeri, UN masih berperan besar membentuk standar pendidikan.

Lebih lanjut, Rochmat juga mempertanyakan, jika tidak ada UN, bagaimana pemerintah memperbaiki kurikulum. Sebab, perbaikan kurikulum butuh rujukan dan hasil UN menjadi salah satunya untuk menentukan standar pendidikan di kelas. Mulai dari materi pelajaran, hingga kesiapan guru menghadapi kemajuan teknologi.

Guru Diminta tak Risaukan Tunjangan

Republika, page 1

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Tri Gunawan Setyadi meminta para guru se-Indonesia tidak risau dengan keputusan pemerintah pusat yang menunda pemberian tunjangan profesi guru (TPG). Ia meminta agar para guru tetap bekerja dengan sepenuh hati, bekerja dengan ikhlas, kerja cerdas dan kerja keras. Karena pihaknya yakin pemerintah akan member solusi atau ada pertimbangan lain.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Sekjen Kemendikbud Didik Suhardi telah mengirimkan surat kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tentang permohonan penghentian penyaluran TPG dan Tambahan Penghasilan Guru Tahun Anggaran 2016 bagi sebagian daerah. Penundaan ini karena adanya akumulasi sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) TPG di daerah, sejak 2006-2007 sebesar Rp 23,3 triliun.

Menurut Bupati Purbalingga, Tasdi, berdasarkan surat Menteri Keuangan yang diterima baru-baru ini, ada 169 kabupaten/kota yang anggarannya dipotong/ditunda. Anggaran yang dipotong adalah Dana Alokasi Umum (DAU) untuk TPG se-Indonesia dan Purbalingga kebagian pemotongan sebesar Rp44 miliar.

Sementara itu, Ketua Bidang Peningkatan Mutu Guru Ikatan Guru Indonesia (IGI) Wilayah Jawa Tengah, Johan Wahyudi, meminta pemerintah daerah segera memperbarui data terkait guru yang berhak menerima TPG. Sehingga, ke depannya alokasi dana yang disiapkan pemerintah pusat terserap dengan baik dan tidak menumpuk di kas daerah.

MOS dengan Konsep Baru Menyenangkan

Media Indonesia, page 12

Hari pertama masuk sekolah, kemarin, diisi berbagai kegiatan. Sebagian besar pihak sekolah memanfaatkan untuk kegiatan orientasi sekolah atau yang dikenal dengan masa orientasi siswa (MOS). Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan MOS diawali dengan mengundang orangtua siswa pada hari pertama itu.

Kepala sekolah SMAN 70 Jakarta, Rita Nurmastuti mengatakan, di sekolah, anak-anak punya ibu dan bapak guru yang menggantikan orangtua di rumah. Komunikasi yang baik merupakan wujud kerjasama antara orangtua dan pihak sekolah untuk mendorong perkembangan siswa, juga menghindarkan siswa dari potensi perbuatan melenceng seperti perpeloncoan, pemalakan, hingga tawuran, sebab pihak sekolah hanya bisa mengawasi para siswa dari pukul 06.30 hingga pukul 15.00.

Sementara itu, di beberapa sekolah Kota Bogor terlihat para siswa baru, kakak kelas, dan para guru mengadakan silaturahmi. Senada yang dikemukakan oleh Kepala SMA Wahyu, Mawarwati, di Makassar, Sulawesi Selatan, bahwa hari pertama hanya perkenalan dengan guru, termasuk pengenalan dan tata tertib sekolah. Munculnya ‘budaya baru’ di sekolah itu disambut gembira banyak pihak, baik orangtua, sekolah, maupun para siswa. Menurut Anggia, salah satu siswa baru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, tidak ada tugas berat atau aneh dari sekolah selama masa pengenalan lingkungan sekolah.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016, konsep MOS yang identik dengan perpeloncoan diubah menjadi masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) dengan memperkenalkan profil, lingkungan, serta budaya di sekolah tempat siswa akan menimba ilmu selama beberapa tahun ke depan.

51 Ribu Dosen Masih S-1

Republika, page 5

Sebanyak 51 ribu dari 280 ribuan dosen di Indonesia masih berkualifikasi akademik strata satu (S1. Mereka menghadapi beberapa kesulitan untuk melanjutkan studi.

Direktur Jenderal Sumber Daya, IPTEK dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Ali Ghufron Mukti mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka sulit melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. Pertama, hampir sebagian besar usianya lebih dari 50 tahun.

Selanjutnya, kata Ghufron, karena terbatasanya ketersediaan beasiswa untuk mereka. Dia mencontohkan, kuota Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) dalam negeri yang hanya 2.000 sedangkan pendaftarannya sudah mencapai 7.796 orang. Di samping itu, tidak semua Perguruan Tinggi (PT) menyediakan beasiswa untuk dosennya.

Kesulitan berikutnya, lanjut Ghufron, adalah kemampuan bahasa Inggris yang biasanya dilakukan tes terlebih dahulu.

Ghufron berpendapat, untuk bisa menghadapi hal tersebut, beasiswa memang menjadi solusinya. Selain itu, institusi atau universitas juga perlu mendorong dan terlibat dalam hal ini. Pihaknya juga mengklaim telah melaksanakan program Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Kuota Bidikmisi Turun

Kompas, halaman 11

Kuota bantuan pendidikan untuk mahasiswa kurang mampu atau Bidikmisi di sejumlah perguruan tinggi negeri terus menurut setiap tahun. Penyebabnya, kuota Bidikmisi tetap sama tahun ini, tetapi tak sebanding dengan penambahan perguruan tinggi negeri. Kuota Bidikmisi itu harus dibagi lebih banyak untuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada. Hal ini dikemukakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. Menurut Nasir, kuota Bidikmisi tahun ini tetap 60.000 orang dan harus dibagi rata untuk PTN baru dan PTN lama. Namun, saat ini jumlah PTN sudah mencapai 128 PTN dan tahun lalu hanya 98 PTN.

Nasir berharap kenaikan jumlah PTN itu diikuti dengan penambahan jumlah beasiswa. Namun, anggaran negara yang terbatas menjadi kendala. Saat ini ada 289.951 penerima Bidikmisi dengan total anggaran Rp 2,9 triliun.

Oleh karena itu, Nasir meminta rektor PTN mencari mahasiswa yang kurang mampu untuk diberi beasiswa atau dibebaskan dari SPP. Namun, PTN juga harus bisa memverifikasi status mahasiswa itu supaya tidak disalahgunakan. Setidaknya jumlah mahasiswa penerima beasiswa atau Bidikmisi sebanyak 20 persen dari total mahasiswa yang ada. Untuk penerima Bidikmisi, Nasir meminta mereka memanfatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Bahkan, jika mahasiswa berprestasi dan lulus dengan IPK di atas 3,5 pemerintah berjanji akan memberikan beasiswa lanjutan untuk program S-2 sampai S-3.

Muhammad Siswan Afandi, salah satu penerima Bidikmisi di Insitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, mengatakan, bahwa dirinya merupakan anak yatim. Dengan menerima Bidikmisi, Siswan yang diterima di Jurusan Teknik Elektro mampu menjawab keraguan orang-orang di sekitarnya yang sebelumnya pesimistis ia dapat melanjutkan kuliah karena pendapatan ibunya yang tidak menentu.

Free Education from Market Orientation

Kompas, page 12

Learning from a number of education figures in Indonesia from the past, for example Ki Hadjar Dewantara, Engku Mohammad Syafei, and Willem Iskandar, the process of education should be able to liberate the mind and mentality of learners. Because education institutions should not only be oriented to generating graduates who can be absorbed by the labor market. This was the common thread/ ground of the book review of National Inspiration from the Classroom or Inspirasi Kebangsaan dari Ruang Kelas the work of St. Sularto, Saturday (28/5), in Yogyakarta. The book outlines the direction of three Indonesian education figures, namely Ki Hadjar Dewantara (founder of Taman Siswa school), Engku Mohmmad Syafei (founder of Indische Nederlandse School Kayutanam), and Willem Iskander (founder of Kweekschool/ Tanobato Teachers’ College).

Former Chairman of PP Muhammdiyah Ahmad Syafii Maarif as speaker said, one of the lessons from the education institution established by Ki Hadjar, Syafei, and Willem is that the process of education should produce free human beings. The education institutions they established strove to educate their students to think and be of independent character, including if the thoughts differ from those of the teachers.

According to Syafii, many education institutions in Indonesia now fail to liberate their learners and only want to enter graduates into the labor market. In fact, current education institutions should also be able to generate graduates who have the intention and ability to create jobs.

Rector of the University of Sanata Dharma, Yogyakarta, Johanes Eko Priyatma said, the book National Inspiration from the Classroom or Inspirasi Kebangsaan dari Ruang Kelas showed there were already education institutions of quality emerging in Indonesia before the declaration of independence. Unfortunately, decades after independence, the quality of education in Indonesia is in fact behind other countries. What is even more distressing the quality of Indonesian teachers is also categorized as low. Johanes also deems many current schools in Indonesia are more similar to production units whose success is measured by the criteria of industry and are short-term in nature, for example the average exam scores, the amount of salary of graduates, and accreditation ranking. As a result, continued Johanes, this nation reduces education, while the long-term orientation of education is in fact forgotten.

Kompas_bebaskan pendidikan dari orientasi pasar

Mendikbud Soroti Peran Orangtua dan Guru

Suara Pembaruan, page 16

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, pihaknya akan melakukan pembenahan terhadap keaktifan peran dari orangtua dan guru untuk membimbing moral anak didik sehingga tidak terjerumus atau pun terpengaruh dengan pergaulan yang tidak baik.

Maraknya kasus pelecehan seksual yang menimpa pelajar dan anak di bawah umur yang banyak diekspose oleh media membuat sekolah dan pihaknya mempertimbangkan pendidikan seksual kepada anak ke dalam kurikulum. Hari serupa juga disuarakan sejumlah elemen LSM pemerhati pendidikan  dan perempuan.

Menurut Anies, harus ada pembenahan terhadap orangtua dan juga terhadap bimbingan guru di sekolah. Hal mengenai pendidikan seksual harus dibicarakan kepada anak didik agar peristiwa yang menimpa para korban pelecehan seksual yang kebanyakan masih berusia sekolah tidak terulang. Anies mengaku prihatin dengan kasus yang menimpa YY (14) siswa Kelas I SMP Negeri 5 Satu Atap, Bengkulu, dimana ironisnya dari 14 pelaku yag melakukan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap korban, dua di antaranya merupakan kaka kelas YY.

Anies menambahkan, meski kejadian yang menimpa YY terjadi di luar lingkungan sekolah, namun bukan berarti institusi sekolah diam. Anies meminta seluruh sekolah membicarakan dan menyosialisasikan kepada anak didik agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

Perusahaan Sulit Peroleh Lulusan yang Sesuai

Kompas, halaman 12

Setiap tahun, jumlah lulusan perguruan tinggi lebih banyak ketimbang jumlah pekerja yang diperlukan oleh perusahaan. Namun, banyak perusahaan di Indonesia yang kesulitan mendapatkan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan. Direktur Konsultan Willis Towers Watson Indonesia, Lilis Halim mengatakan, kebutuhan perusahaan akan sumber daya manusia saat ini sudah berbeda, antara lain karena cara menjalankan bisnis yang berubah. Saat ini, menurut dia, delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia menghadapi kesulitan dalam merekrut lulusan universitas dengan keahlian yang tepat dan siap memasuki dunia kerja.

Studi yang dilakukan Willis Towers Watson sejak 2014 mengenai talent management and rewards menunkukkan, ada ketimpangan antara pertumbuhan permintaan dan ketersediaan tenaga kerja. Pertumbuhan lulusan perguruan tinggi di Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan Brasil, yakni lebih dari empat persen.

Menurut Lilis, dunia pendidikan tinggi harus bisa menjawab ketimpangan antara lulusan hasil perguruan tingi dan kebutuhan dunia kerja. Dunia pendidikan harus mengikuti perubahan yang terjadi pada saat ini dan masa depan. Hal yang terpenting adalah membekali mahasiswa dengan keterampilan-keterampilan baru yang bisa dibutuhkan pada masa mendatang.

Arief Rachman, praktisi pendidikan, menyatakan ketimpangan antara kualifikasi lulusan yang dihasilkan dunia pendidikan dan kebutuhan dunia kerja saat ini harus segera diatasi. Ia menilai, orang berbondong-bondong kuliah demi mengejar status sarjana, bukan demi ilmu dan kegunaannya bagi kehidupan di sekitarnya. Pendidikan di Indonesia yang selama ini mengutamakan hasil akhir atau nilai dibandingkan dengan proses pembentukkan karakter dan kemampuan berpikir kritis harus dibenahi.