Minat Anak Muda Meneliti Meningkat

Media Indonesia, halaman 13

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain berpendapat Indonesia perlu meningkatkan kualitas kaum muda terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sehingga upaya-upaya penanaman budaya meneliti harus digalakkan.

Saat jumpa pers acara Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Award (NYIA), Iskandar mengatakan, LIPI akan mendorong kaum muda agar bisa tumbuh menjadi peneliti yang andal dan mampu menjadi motor pembangunan bangsa.

Dukungan serupa diberikan British Council Indonesia, seperti dikemukakan Senior Relationship Manager and East Asia Regional Evaluation Manager Yanti Amran yang menyatakan penting adanya pengembangan budaya riset ilmiah di kalangan generasi muda. Pihaknya menjalin kemitraan dengan LIPI untuk mengupayakan jejaring ilmuwan muda Indonesia. British Council berkomitmen untuk terus mendorong ilmuwan muda berprestasi asal Indonesia untuk berkompetisi dalam jenjang yang lebih tinggi, yakni pada skala internasional.

Pada kesempatan sama, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengungkapkan, minat berkarya para peneliti muda Indonesia kian mengalami peningkatan. Dalam ajang LKIR 2015, LIPI menerima proposal karya ilmiah sebanyak 2.041 buah, naik sekitar 30% dari tahun sebelumnya yaitu 1.431 buah. Hal itu merupakan sesuatu yang positif bagi perkembangan minat penelitian di kalangan remaja.

Research Interest among Youth Increases

Media Indonesia, page 13

The Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Head Iskandar Zulkarnain asserted Indonesia must improve the quality of its young generation, especially in the field of science and technology. To do so, the efforts to instill research culture must be promoted.

In the Youth Scientific Competition (LKIR) and National Young Inventors Award (NYIA) press conference, Iskandar said LIPI would endorse the youth to be qualified researchers and the national development proponents.

A similar endorsement was provided by British Council Indonesia as conveyed by Senior Relationship Manager and East Asia Regional Evaluation Manager Yanti Amran who asserted the importance of scientific research culture among the young generation. The organization now engages LIPI to establish the network of Indonesian young researchers. British Council is committed to continuously endorse Indonesian young researchers to compete at the higher level which is the international level.

On the same occasion, LIPI Engineering Science Department Deputy Laksana Tri Handoko asserted invention interest among the Indonesian young researchers had increased. In the 2015 LKIR, LIPI accepted 2,041 scientific invention proposals, a 30 percent increase from the number of 1,431 proposals last year. It is positive for the development of research interest among the youth.

MI_minat anak muda meneliti meningkat

Dana Penelitian Naik Menjadi Rp. 12 Triliun

Media Indonesia, halaman 12

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menargetkan dana riset bidang iptek dan industri tahun ini naik menjadi Rp. 12 triliun dari sebelumnya hanya Rp. 4 triliun. Namun, menurut Nasir jumlah dana tersebut masih tergolong minim untuk sebuah penelitian. Seharusnya pendanaan bisa mencapai Rp. 18 triliun-Rp. 20 triliun.

Nasir menjelaskan angka pendanaan riset di Indonesia juga baru sebesar 0,09 persen dari GDP. Padahal, angka dana riset yang baik seharusnya sebesar 2 persen dari GDP. Angka itu masih jauh ketimbanga negara tetangga seperti Malaysia sebesar 1 persen dari GDP, Thailand 0,25 persen, dan Singapura 2,5 persen.

Maka itu, Nasir meminta dunia industri bisa membantu pemerintah dalam pengadaan dana penelitian. Agar kalangan industri bisa berpartisipasi, pemerintah bakal menerbitkan instruksi presiden yang intinya mendorong industri dapat menggelontorkan dana untuk kepentingan riset. Semua itu demi mencapai target yang dicanangkan pemerintah agar pada 2019 dana riset bisa mencapai Rp. 20 triliun.

Nasir juga optimis tren riset di Indonesia tidak kalah apabila dibandingkan dengan riset-riset internasional lainnya. Hal itu misalnya tergambar dalam riset isotop untuk pembunuh sel kanker yang diciptakan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional yang sudah dipakai oleh kalangan internasional.

Research Fund Increases to Rp. 12 Trillion

Media Indonesia, page 12

Minister of Research, Technology, and Higher Education Muhammad Nasir targets research funds in the fields of science and technology and industry this year to increase to Rp. 12 trillion from previously of only Rp. 4 trillion. However, according to Nasir the amount of funds is still relatively minimal for research. Funding should reach Rp. 18 trillion-Rp. 20 trillion.

Nasir explained research funding figure in Indonesia also is only 0.09 percent of GDP. When actually, good research funding figure should be 2 percent of GDP. The figure is still far from that of neighboring countries such as Malaysia amounting 1 percent of GDP, Thailand 0.25 percent, and Singapore 2.5 percent.

Therefore, Nasir asked the industry sector to help the government in the procurement of research funds. In order for industry circles to participate, the government would issue a presidential instruction that essentially drives industry to pour in funds for the interest of research. All this is for the sake of achieving the target promulgated by the government in order that in 2019 research funds could reach Rp. 20 trillion.

Nasir is also optimistic research trend in Indonesia is not behind when compared to other international researches. This is depicted in the research of isotopes for killing cancer cells, created by the National Nuclear Power Agency already used by the international community.

MI_dana penelitian naik menjadi rp 12 triliun

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kirim Prototipe ke Industri

Kompas, halaman 14

Periode 2015-2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menginventarisasi 632 prototipe karya teknologi. Dari jumlah itu, 15 prototipe diharapkan diproduksi massal industri. Tahun depan, kementerian juga akan membantu pendaftaran 1.735 Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI).

Direktur Jenderal Penguatan dan Pengembangan Riset Muhammad Dimyati mengatakan, hilirisasi prototipe akan ditingkatkan jadi 18 tahun 2019, sedangkan HaKI jadi 2.305 yang terdaftar. Dengan program hilirisasi, kementerian akan mendapatkan anggaran Rp. 1,5 triliun pada tahun 2016. Hal tersebut meningkat lima kali lipat daripada sebelumnya.

Menristek Dikti M Nasir mengatakan, pemassalan inovasi riset ilmu pengetahuan dan teknologi dari perguruan tinggi dan lembaga riset industri itu perlu penanganan terpadu. Hilirisasi hasil penelitian sasaran strategis terpenting periode lima tahun ke depan, selain peningkatan mutu pendidikan tinggi.

Keterpaduan bukan hanya program dan anggaran, melainkan juga penyediaan SDM dan fasilitas pendukung serta membangun jejaring. Ini untuk mengatasi terbengkalainya hasil riset dan daya saing industri rendah.

Untuk mengangkat peringkat perguruan tinggi Indonesia di 500 terbaik dunia, kata Dimyati, akan didorong publikasi ilmiah dari para periset dan perekayasa di jurnal internasional. Tahun depan ditargetkan akan dimasukkan 6.230 hasil riset di jurnal internasional hingga 12.000 lebih pada tahun 2019.

Ministry of Research, Technology, and Higher Education Sends Prototype to Industry

Kompas, page 14

The period of 2015-2019, Ministry of Research, Technology, and Higher Education (Kemenristek Dikti) inventoried 632 prototypes of technological works. From that figure, 15 prototypes are expected to be mass produced by industry. Next year, the ministry would also assist in the registration of 1,735 Intellectual Property Rights (IPR).

Director General of Research Strengthening and Development Muhammad Dimyati said the downstreaming of prototypes would be increased to 18 in 2019, while IPR to be 2,305 registered. With the downstream program, the ministry would obtain a budget of Rp. 1.5 trillion in 2016. This increased five fold from the previous.

Minister of Research, Technology, and Higher Education (Menristek Dikti) M Nasir said the mass production of innovations of scientific research and technology from higher education and industrial research institutions requires integrated handling. Downstreaming of research results is the most important strategic target of the coming five year period, besides higher education quality improvement.

Integration is not only in program and budget, but also the provision of human resources and supporting facilities as well as building network. This is to address the neglect of research results and low industrial competitiveness.

To raise/lift the ranking of Indonesian universities into the world’s top 500, said Dimyati, scientific publications would be encouraged from researchers and engineers in international journals. Next year 6,230 research results are targeted to be entered in international journals up to more than 12,000 by 2019.

Ministry of Research, Technology, and Higher Education Sends Prototype to Industry

Ministry of Research, Technology, and Higher Education Sends Prototype to Industry

Riset di Perguruan Tinggi Dinilai Masih Kurang

www.beritasatu.com

Anggota Komisi X DPR RI, Teguh Juwarno, menilai tuntutan agar Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia menjadi universitas berkelas dunia (WCU) seolah menjadi desakan yang tak terhindarkan. Karena peringkat ini dianggap menjadi sebuah ukuran kemajuan PT khususnya, dan ukuran kemajuan negara tersebut secara umum di bidang pendidikan.

Teguh mengatakan, pemeringkatan WCU yang umum dianut adalah Times Higher Education (THES) World University Ranking, Webometric, dan Sianghai Jiao Tong University (SJTU). Masing-masing memiliki metodologi, indikator, dan kriteria penilaian yang berbeda. Pada tahun 2010, Pemerintah telah mencanangkan 17 perguruan tinggi akan didukung untuk masuk 500 besar WCU.

Namun, kata dia, harus secara obyektif diakui, bahwa untuk mampu menembus 500 besar dunia saja bukan perkara mudah, apalagi 200 besar dunia. Harus diakui juga, lanjut dia, banyak kampus di Indonesia masih kedodoran. Sebagai contoh, kata Teguh, salah satu parameter yang kerap dipakai adalah keunggulan dalam riset. Hal itu diperlihatkan dari kualitas, produktifitas, dan kreativitas hasil-hasil penelitiannya yang dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah internasional.

Menurut Teguh, dari sisi ini saja terlihat betapa PT di Indonesia masih kedodoran. Padahal, terkait dengan hasil riset dan publikasinya ini umumnya mendapat porsi terbesar dalam prosentase penilaian di semua lembaga pemeringkat WCU. Teguh melanjutkan, salah satu kekuatan perguruan tinggi di tanah air adalah dalam program studi social humaniora. Namun patut disayangkan, penelitian dan karya ilmiah berskala international di bidang inipun masih lesu.

Walaupun demikian, dia memastikan, pihak parlemen akan mendukung tekad pemerintah untuk mendorong beberapa PT unggulan di tanah air agar mampu menjadi PT kelas dunia. Hal itu tentu harus dilakukan dengan target yang jelas dan komitmen anggaran yang memadai.

Teguh mengingatkan, pemerintah, pada saat yang bersamaan, harus tetap memperhatikan warga Indonesia lainnya, terutama di Indonesia Timur, yang selama ini masih terkendala akses pendidikan.

Link: http://www.beritasatu.com/kesra/287196-riset-di-perguruan-tinggi-dinilai-masih-kurang.html

Research at Universities Remains Lacking

www.beritasatu.com

The House of Representatives’ Commission X member Teguh Juwarno deemed the demand that required Indonesian universities to be world-class universities (WCU) was inevitable since the WCU ranking had been used as an indicator of universities’ progress in particular and in general education advancement in the respective country.

Teguh said the common WCU rankings were Times Higher Education (THES) World University Ranking, Webometric and Sianghai Jiao Tong University (SJTU). Each of them has different methodology, indicators and assessment criteria. In 2010, the government announced 17 universities which would be encouraged to be the 500 best universities in the world.

According to him, it must be admitted that it was tough to have Indonesian universities amongst the 200 best or even 500 best universities. It remains problematic for a lot of universities in Indonesia to achieve it. For instance, Teguh said, research advantage was one parameter commonly used in the ranking system. It must be reflected in quality, productivity and creativity of research results those are published in international academic journals.

According to Teguh, from this aspect it was clear that Indonesian universities still lag behind. Whereas, in general research publication has the biggest share in assessment process applied by all WCU rating institutions. Teguh continued that one of Indonesian universities’ advantages is social science and humanities study program. Unfortunately, researches and academic works at the international level in this study program also remain limited.

Nevertheless, he ensured that the parliament would support the government’s will to encourage a number of favorite state universities to be world-class universities. For sure, it must be conducted with a clear target and adequate budget allocation.

Teguh asserted concurrently, the government must pay attention to other groups of Indonesian citizens who were still constrained to access education services, especially in Eastern Indonesia.

Link: http://www.beritasatu.com/kesra/287196-riset-di-perguruan-tinggi-dinilai-masih-kurang.html

Research at Universities Remains Lacking

Research at Universities Remains Lacking