BNI Is a Friend of Schools

Jurnas, page 11

Bright children are not created in just one night. They are the fruit of persistence and long hard work supported by the opportunity provided by their surrounding environment: parents, teachers, schools, and the society.

Therefore, giving support in the field of education to create a reliable and bright successor generation is a must. The better the education world is, the better the future of the children who are going to control this republic is.

In order to realize the aspiration, during the year of 2012, BNI gave its contribution to the education world in all corners of Indonesia by channeling funds in the field of education amounting to more than Rp 41 billion. BNI Sahabat Sekolah (BNI Is a Friend of Schools) is a flagship program in the field of education that is packaged in such a way, targeting Early Childhood Education (PAUD), Primary School (SD), Junior High School and equivalent (SLTP), Senior High School and equivalent (SLTA) , and Higher Education Institutions. The program of BNI Sahabat Sekolah consists of BNI Paud, BNI Gemilang, Pojok BNI, BNI Buku Cerdas, and other programs synergic with the education world.

All programs of BNI Sahabat Sekolah has one objective to result in bright common sense of children due to good books and appropriate education like thousands and millions of lamps lighting Indonesia later in the future.

BNI Is a Friend of Schools

BNI Sahabat Sekolah

Jurnas, p 11

Anak-anak dan cemerlang tak diciptakan dalam semalam. Mereka adalah buah dari ketekunan dan kerja keras panjang, dukungan juga kesempatan yang diberikan semesta sekitarnya: orang tua, guru, sekolah, dan masyarakat.

Karena itu, memberikan dukungan di bidang pendidikan untuk menciptakan generasi penerus yang andal dan cemerlang adalah keharusan. Semakin baik dunia pendidikan, berarti semakin baik masa depan anak-anak yang akan mengendalikan republik ini kelak.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, selama tahun 2012, BNI telah memberikan sumbangsihnya untuk dunia pendidikan di pelosok Indonesia dengan penyaluran dana di bidang pendidikan sebesar lebih dari Rp 41 Miliar. BNI Sahabat Sekolah adalah program unggulan bidang pendidikan yang dikemas sedemikian rupa, menyasar mulai Pendidikan Anak Usia Dini, SD, SLTP, SLTA sampai Perguruan Tinggi. Program BNI Sahabat Sekolah terdiri atas BNI Paud, BNI Gemilang, Pojok BNI, BNI Buku Cerdas, dan program-program lain yang sinergi dengan dunia pendidikan.

Semua program BNI Sahabat Sekolah bermuara ke satu hal bahawa anak-anak yang menyala akal budinya karena buku yang baik dan mendapat limpahan pendidikan yang tepat, bagaikan ribuan dan jutaan lampu yang menyalakan Indonesia, kelak di kemudian hari.

Talking About Curriculum Means Future Generations

Jurnas, page 10 (2)

This article contains an interview between Jurnal Nasional with the Head of Research and Development Unit of Education Ministry, Khairil Anwar Notodiputro, regarding curriculum 2013.

Curriculum 2013 comes as the mandate of RPJMN 2010-2014 and President Instruction in 2010, which prompted the Ministry to organize. Since that year, the Research and Development Unit reviewed the KTSP curriculum to see the weaknesses. The result, government began to formulate organizing and developing the curriculum starting in 2011.

Furthermore, Khairil revealed that measurement of the problem regarding the passing standards is rather difficult. Graduation standards should include three aspects: attitudes, knowledge and skills. The three aspects need to be fixed as the standard of education.

According to him, the attitude standard previously mixed with other aspects that are less assertive. But in the current curriculum, more weight is given to standards of attitude and behavior.

Other visible differences are seen, among others on the attitude, which was formerly the responsibility of religious subject. Currently, all lessons/subjects should be responsible to the attitudes and behavior of students to be better and more responsible.

The curriculum 2013 is prepared by many internal steering committee of the Ministry, the core team of observers in higher education, educational critics and practitioners.

Talking About Curriculum Means Future Generations

Bicara Kurikulum, Bicara Generasi Masa Depan

Jurnas, p 10 (2)

Artikel ini memuat wawancara Jurnal nasional dengan Ketua Balitbang Kemendikbud Khairil Anwar Notodiputro mengenai kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 berawal dari amanat RPJMN 2010 – 2014 serta Inpres tahun 2010, dimana Kementerian diminta melakukan penataan. Sejak tahun itu, Balitbang melakukan kajian terhadap kurikulum KTSP untuk melihat kelemahannya. Hasilnya, tahun 2011 dimulailah dilakukan perumusan-perumusan bagaimana menata kurikulum dan diperbaiki.

Lebih lanjut, Khairil mengungkapkan bahwa pengukuran terhadap problem mengenai standar kelulusan tersebut agak sulit. Standar kelulusan tersebut harus mencakup tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut lah yang harus diperbaiki di standar pendidikan.

Standar perilaku menurut Khairil sebelumnya tercampur dengan aspek lainnya sehingga kurang tegas. Namun dalam kurikulum saat ini, bobot lebih diberikan kepada standar perilaku dan sifat.

Perbedaan lainnya terlihat seperti sikap, yang dahulunya menjadi tanggung jawab pelajaran agama. Saat ini, semua pelajaran harus bertanggung jawab kepada sikap dan perilaku anak agar lebih baik dan bertanggung jawab.

Kurikulum sendiri disusun oleh banyak tim pengarah dari internal Kementerian, tim inti dari kalangan pengamat pendidikan di perguruan tinggi, pengkritik pendidikan dan praktisi.

Master Teachers and Master Books Are Being Prepared

Jurnas, page 10 (1)

The Curriculum 2013 will be applied in stages starting next July until full implementation in 2014. In order to make it successful based on the schedule, the Ministry of Education and Culture (Kemendikbud) is going to hold training for master teachers and national instructors concurrently with the academic year’s vacation. This training has the objective to maximize the competencies of teachers in applying the new Curriculum 2013, improving the quality of national education.

The Education and Culture Minister, M Nuh, some time ago said that after this training, the government is going to continue it with mass training targeted on 712,947 teachers. As many as 46,213 master teachers are prepared as the trainers for this mass training.

The training of trainers for the new curriculum consists of three phases: national instructors, master teachers, and mass trainers. The training of mass trainers will be held during long vacation at the end of the academic year, i.e. from May to June.

Master Teachers and Master Books Are Being Prepared

Guru Inti dan Buku Induk Disiapkan

Jurnas, p 10 (1)

Kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara bertahap pada Juli mendatang dan secara penuh pada 2014 mendatang. Untuk menyukseskannya menurut jadwal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada Mei menggelar pelatihan guru inti (master teacher) dan instruktur nasional, bertepatan dengan libur tahun ajaran. Pelatihan guru inti dan instrukur nasional ini bertujuan untuk menyiapkan kompetensi para guru agar maksimal menerapkan Kurikulum Baru 2013, guna meningkatkan pendidikan di Tanah Air.

Mendikbud M Nuh beberapa waktu lalu mengatakan setelah pelatihan guru inti ini, pemerintah akan melanjutkan dengan pelatihan missal yang menyasar pada 712.947 guru. Sementara angka guru inti sendiri yang akan dijadikan sebagai pelatih guru missal ini ditargetkan berjumlah 46.213 guru.

Pelatihan pengajar untuk kurikulum baru terdiri dari tiga jenjang, instruktur nasional, guru inti, dan guru missal. Pelatihan guru missal akan dilatih selama liburan panjang akhir tahun pelajaran, yakni bulan Mei hingga Juni.

Age Challenges Increase, Learning Achievement Down

Jurnas, page 9 (3)

There are many important reasons underlying the making of curriculum 2013. One of them is the score mastery of basic subjects by Indonesian students, which is lower compared to other countries, even far below average, as quoted by Education Minister, M. Nuh from theProgramme for International Student Assessment PISA and the Trends in InternationalMathematics and Science Study (TIMSS) on the education system in the world, and the position of Indonesian students which is classified as poor.
In addition to PISA and TIMSS referred as educational achievement, there is also PIRLS(Progress in International Reading Literacy Study) which measures the specific level of readingliteracy for elementary school students. There are three areas measured in the PISA, namelyreading, mathematics, and science. Approximately eight thousand students were involved inthe research, by including 350 middle and high schools. Each student is given a number ofquestions that must be done for 120 minutes.
The TIMSS purpose is to measure the mathematics and science achievement of students inclass VIII of the participant countries. Scoring basis in the TIMSS assessment is categorized into two domains, namely the content and cognitive. Where as PIRLS looking at the readingskill of elementary school students is held every five years.

Age Challenges Increase, Learning Achievement Down

Tantangan Zaman Meningkat, Prestasi Belajar Turun

Jurnas, p 9 (3)

Ada banyak alasan penting yang mendasari kelahiran kurikulum 2013. Salah satunya adalah skor penguasaan mata pelajaran pokok oleh siswa Indonesia yang rendah dibanding negara-negara lain, bahkan jauh di bawah rata-rata. Hal tersebut didapat dari hasil kutipan yang diperoleh Mendikbud, M Nuh dari Programme for International Student Assessment PISA dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) terhadap sistem pendidikan di seluruh dunia, dan posisi pelajar Indonesia tergolong memprihatinkan.

Selain PISA, TIMSS yang dijadikan acuan capaian pendidikan, ada pula PIRLS atau Progress in International Reading Literacy Study yang mengukur tingkat literasi membaca khusus untuk siswa sekolah dasar. Ada tiga bidang yang diukur dalam PISA yaitu kemampuan membaca, matematika, dan Sains. Sekitar delapan ribu siswa dilibatkan dalam penelitian, dengan mengikutsertakan 350 SMP dan SMA. Masing-masing siswa diberikan sejumlah soal yang harus dikerjakan selama 120 menit.

Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa kelas VIII di negara-negara peserta. Dasar penilaian dalam TIMSS dikategorikan ke dalam dua domain, yaitu isi dan kognitif. Ada pun PIRLS yang melihat membaca siswa sekolah dasar diselenggarakan lima tahun sekali.

Efforts to Increase Access to Education

Jurnas, page 9 (2)

Every child has the right to education. This sentence continues to be the guideline for the Ministry of Education and Culture in order to implement programs related to equal education for all. The Ministry is even currently intensively equalize higher education services, thereby augmenting the chances of whom shall follow the higher level of education.

In order to make education reachable by all social classes, the Ministry has been implementing the School Operational Assistance (BOS) and Poor Students Scholarship (BSM) program. Those programs will be given in secondary education starting the next 2013 school year. Through the program, there is no reason for children from poor families to get an education or dropping out of school.

At the college level, there are Operational Assistance State University (BOPTN and a single tuition policy (UKT), as well as an increase in the number of Bidik Misi scholarship recipients. All those policies are applied to improve the broadest access to this nation’s children to education. Since the last few years, the ministry has opened several universities outside Java. Including the initiation to establish the Community Academy, which is targeted at least one in each district / city as mandated by Law No. 12 of 2012 on Higher Education.

Construction of new polytechnics becomes one of the Ministry’s policies, with at least 100 new polytechnics targeted to build until 2015 that spread all over Indonesia. The Ministry has a basic policy of building at least one public university at every border region. The Education Minister added that the state must be present in certain areas that require special attention, such as 3T regions.

Efforts to Increase Access to Education

Upaya Tingkatkan Akses Pendidikan

Jurnas, p 9 (2)

Setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Kalimat ini terus menerus menjadi pedoman Kemendikbud, dalam menjalankan program yang bekaitan dengan pemerataan pendidikan. Bahkan Kemendikbud saat ini sedang gencar memeratakan layanan pendidikan tinggi, sehingga memperlebar peluang putra daerah mengikuti pendidikan jejang tersebut.

Agar pendidikan menjangkau seluruh kelas-kelas sosial. Kemendikbud telah memiliki program Bantuan Opersional Sekolah (BOS) dan Beasiswa Siswa Miskin (BSM), dimana mulai tahun 2013 mendatang, BOS akan diberikan di jenjang pendidikan menengah. Melalui program tersebut, tidak ada lagi alasan bagi anak dari keluarga tidak mampu untuk bisa mengenyam pendidikan atau putus sekolah.

Di jenjang perguruan tinggi, ada Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), dan kebijakan uang kuliah tunggal (UKT), serta peningkatan jumlah penerima beasiswa Bidik Misi.  Semua itu dilakukan untuk meningkatkan akses seluas-luasnya bagi anak bangsa  ini dalam mengenyam pendidikan. Sejak beberapa tahun terakhir, Kementerian telah membuka beberapa perguruan tinggi di luar pulau Jawa. Termasuk yang mulai dirintis adalah pendirian Akademi Komunitas yang akan didirikan minimal satu di setiap kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Pembangunan politeknik baru menjadi salah satu kebijakan Kemendikbud, setidaknya akan ada 100 politeknik baru hingga 2015 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.  Kementerian memiliki kebijakan dasar sekurang-kurangnya setiap daerah perbatasan memiliki satu perguruan tinggi negeri. Mendikbud menambahkan di daerah-daerah tertentu yang memerlukan perhatian khusus, seperti daerah 3T, negara harus hadir.